Dapat
disimpulkan bahwa tujuan umum filsafat, yaitu sebagai berikut:
1. Dengan
berfilsafat kita lebih menjadi manusia, lebih mendidik dan membangun diri
sendiri. Telah dikatakan
bahwa hidup di dunia ini adalah di dalam dunia dan mengatasi dunia itu adalah
jasmani dan rohani atau dengan perkataan asing, adalah immanent (berada di dalamnya) dan transcendent (mengatasi dunia material yaitu sebagai rohani).
Manusia adalah jasmani- rohani dalam satu kesatuan tetapi jiwalah yang
merupakan dasar dan intinya, sumber segala kegiatan dan prinsip hidup. Maka
kurang berpikir berarti lebih tenggelam ke dalam jasmanian dalam kebendaan.
Berpikir dengan lebih dalam berarti mengalami diri kita sendiri sebagai transcendent, sebagai mengataasi dunia
material sebagai rohani.
2. Sebaliknya
seseorang yang sungguh-sungguh dewasa tidak pertama-tama mencari kepuasan dan
kesenangannya sendiri dalam benda-benda, melainkan berusaha mempertahankan
sikap yang objektif mengenai intisari dan sifat-sifat barang-barang itu sendiri.
Bukannya pertama-tama atas perasaan dan pertimbanganga-perimbangan simpati atau
antipati saja. Dan seseorang semakin pantas disebut “berkepribadian”, semakin
mendekati kesempurnaan kemanusian, semakin memiliki “kebijaksanaan”, jika ia
semakin mempunyai sikap objektif terhadap dunia ini.
3. Pelajaran
filsafat mengajar dan melatih kita
memandang dengan luas, jadi menyembuhkan kita dari kepicikan, dari “Akuisme” dan “Aku sentrisme”, artinya sifat memusatkan segala sesuatu kepada
“si-Aku”, mencari jalan segala-galanya hanya untuk kepentingan dan keseangan
si-Aku saja, tak dapat memasuki pendapat orang lain, singkaynya: terlalu
terbatas pendangannya. Ini berhubungan erat pula dengan soal “ spesialisaasi”
dalam ilmu pengetahuan yang membatasi lapangan penyelidikan orang sampai satu
aspek tertentu dariada keseluruhan itu. hal inilah dalam ilmu pengetahuan
memang perlu akan tetapi membawa kkita
kepada kepicikan dalam pandangan, sehingga melupakan apa saja yang tidak
termasuk lapangan penyelidikan sendiri, sifat ini sangat merugikan peekembangan
manusia sebagai keutuhan maka oabatnya yang paling manjur ialah “pelajaran
filsafat”.
4. Dari
pelajaran filsafat kita diharapkan menjadi orang yang dapat berpikir sendiri.
Salah satu sebab kurang majunya suatu negara, termasuk negara kita ialah bahwa
rang kurang berpikir sendiri. Orang masih terlalu tenggelam dalam masyarakat,
terlalu terpengaruh oleh pendapat umum, sehingga tidak berani mengemukakan
pendapat lain, mereka terlalu mudah “elu-elu
wae” (ikut-ikutan saja) membuntut
saja, percaya akan setiap semboyan yang diiklankan. Dengan “latihan –akal” yang
diberikan filsafat, kita harus menjadi orang yang sungguh-sungguh “berdiri
sendiri”/mandiri terutama dalam lapangan kerohanian, mempunyaui pendapat
sendir. Jika perlu dapat dipertahankan pula menyempurnakan cara kita berpikir,
hingga dapat bersikap kritis, hingga tak hanya “inggih-inggih saja, melainkan
mencari kebenaran dalam apa yang dikatakan orang, baik dalam buku-buku maupun
dalam surat-surat kabar, majalah-majalah, podato-pidato, dan sebagainya.
Jika
di pandang menurut isinya maka tujuan pelajaran filsafat, yaitu :
a. Memberikan
dasar-dasar pengetahuan kita, memberikan pandangan yang sintesis pula sehingga
seluruh pengetahuan kita merupakan kesatuan.
b. Hidup
kita dipimpin oleh pengetahuan kita. Sebab itu mengetahui kebenaran kebebenaran
yang terdasar berarti mengetahui dasar-dasar hidup kita sendiri. Hal ini akan
tampak betul terutama dalam Etika.
c. Khususnya
bagi seorang pendidik (pedagogik) filsafat mempunyai kepentingan istimewa
karena filsafatlah yang memberikan dasar-dasar dari ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya yang mengenai manusia sperti misalnyailmu mendidik, sosiologi, ilmu
jawa, dan sebagainya.
Sumber: Salam Burhanuddin. 2008. Pengantar Filsafat. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar