Menurut George J. Mouly
mengelompokkan perkembangan ilmu pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
1.
Aninisme
Pada fase ini manusia percaya pada mitos.
Mitologi kuno penuh dengan bermacam-macam dewa dan dewi yang kelihatannya memainkan
peranan penting dalam kehidupan manusua primitif. Samapi saat ini kepercayaan
kepada yang bersifat gaib belum sepenuhnya berlalu bahkan pada beberapa
golongan yang beradab. Bukan hal yang aneh bagi orang modern untuk percaya
hantu, iblis dan berbagai makhluk halus untuk menerangkan suatu kejadian yang
belum mampu untuk dijelaskan, seperti kepercayaan pada kucing hitam, ayam
cemani, angka 13, dan lain-lain.
2.
Ilmu
Empiris
Ilmu empiris ini
mempinyai banyak ragam yang berlainan disebabkan karena hasil pengamatan yang
berbeda-beda, yaitu:
a. Pengalaman, jelas kiranya bahwa tolak ukur ilmu pada
tahap paling permulaan adalah pengalaman, apakah itu hujan, badai, gerhana,
atau keteraturan lain yang terlihat sehari-hari. Pada tahap ini ilmu harus
berurusan pada pengalaman dan kritik pada pengalaman.
b. Klasifikasi, prosedur
yang paling dasar untuk mengubah data terpisah menjadi dasar fungaiobal adalah
klasifikasi, makin persis klasifikasi dibuat makon jelas arti yang dibawanya
dan akan makon sperlsifik dasar yang membentuk klasifikasi tersebut.
Klasifikasi harus didasarkan pada suatu tujuan tertwntu, apakah jeruk harus
diklasifiksikan bersama pisang atau bersama bola beseball tergantung pada
tujuan klasifikasi. Kesukaran timbul karena kebanyakan objek mempunyai sifat dan
ciri banyak sekali, dan ini menjadikan mereka dapat diklasifikasi dengan
berbagai cara. Sistem klasifikasi dilakukan dari yang paling sederhana ke
yang paling rumit.
c. Kuantifikasi.
Tahap pertama dalam perkembangan ilmu adalah pengumpulan dan penjelasan
pengalaman,di manan kemudian segera menyebabkan adanya kebutuhan untuk
mengkuantifikasikan objek tersebut, karena meakipun obserbvasi kualitatif
mungkin sudah cukul memuaskan, namun kuantifikasi dapat memberikan ketelitian
yang diperlukan bagi klasifikasi dalam ilmu.
d. Penemuan
hubungan-hubungan. Lewat berbagai klasifikasi yang berbeda-beda, sering terjadi
bahwa kota melihat adanya hubungan fungsional
antara aspek-aspek komponennya. Mengklasifikasikan anak-abak berdasarkan
jenis kelamin dan kekuatan
jasmani secara bersamaan, umpamanya, kemungkinanan menyebabkan kita akan
melihat hubungan bahwa abak laki-laki cenderung untuk lebih kuat dubandingkan
anak perempuan Pada tingkat lebih maji
ilmubempiris berusaha untuk mengemukakan hukum alam dalam bentuk persamaan
angka-angka yang menggubungkab aspek kuantitatif dan variabelnya, umpamanya panjang keliling sebuah
lingkaran.
e. Perkiraan
kebenaran. Ilmu imumnya menaruh perhatian kepada hibungan yang lebih
fundamental daripada hubungan yang hanya tampak bahwa kulitnya saja. Suatu
peristiwa seri g terjadi sedemikian rumitnya sehungga hubungan-hubungan yang
mungkon terdapat tampak menjadi kabur. Oleh karena itu, perlu untuk
menganalisis kejadian tersebut dengan memerhatikan unsur-unsur yang besifat
dasar dengan tujuan untuk menentukan secara lebih jelas hubungan-hubungan dari
berbagai aspeknya. Di sinilah terlihat dua langkah fundamental dalam
perkembangan ilmu, proses perkiraan kebenarab yang terus-menerus dan proses
pendefinisian kembali maslah yang ditinjau dari keberhasilan atau kegagala
perkiraan tersebut.
3.
Ilmu
Teoretis
Tingakat paling
akhir dari ilmu adalah ilmu teoretis, di mana hubungan dan gejala yang
ditemukan dalam ilmu empiris diterngkan dengan dasar suatu kerangka pemikiran
sebab musabab berbagaiblangkah untuk meramalkan dan menentukan cara untuk
mengontrol kegiatan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai. Ilmu teoretis
dapat memperpendek proses
untuk sampai dalam
memecahkan masalah.
Jika seorang mengerti apa sebab terjadinya sesuatu, maka dia dapat mengalihkan
pengetahuan dalam pemecahan masalah lain yang serupa. Ilmu teoreti mempunyai
kelebiahan yang nyata dalam merangsang penelitian dan dalam memberikan
hipotesis yang berharga. Pada ilmu fisika misalny, di mana teori telah
berkembang dengan cukup
(berdasarkan penwmuan-penemuan empiris yang terdahulu) di mana teori ini
sekarang dapat meramalkan dan mengarahkan penemuan fakta-fakta empiris.
Sumber: Susanto, A. 2011. Fisafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar