Senin, 26 Desember 2016

Cara Mencari Kebenaran Menurut Ilmu, Filsafat, dan Agama



Menurut perspektif sains atau ilmu pengetahuan, kebenaran dapat diperoleh melalui penyelidikan dengan menggunakan metode ilmiah, logis untuk mencari bukti empiris dalam upaya untuk menguji hipotesis menjadi tesis atau tidak dan untuk menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan (Ahmad Tafsir, 2002). Dengan kata lain kebenaran menurut ilmu pengetahuan dapat dicari dan ditemukan melalui cara-cara yang ilmiah denngann prosedur yang sistematis. Jadi, kebenaran ilmiah dapat dicari dan ditemukan dengan data yang logis dan empiris.

Kebenaran ilmiah dapat menjadi sebuah teori ilmiah yang membangung ilmu pengetahuan. Salah satu contoh cara mencari kebenaran menurut perspektif ilm pengetahuan ialah dengan melakukan penyelidikan untuk mencari dan menemukan data empiris dengan menggunakan dengan menggunakan metode dan prosedur yang ilmiah (Mudyaharjdjo, 2004). Sebagai contoh sederhana adalah, apakah benar pemberian pupuk pada tanaman dapat menyuburkan pertumbuhan tanaman, maka dilakukan eksperimen denganmmembentuk dua kelompok objek penelitian, yaitu sekelompok tanaman diberikan pupuk secukupnya dalam jangka waktu tertentu dengan metode ilmiah, sedangkan kelpmok lain tidak berikan pupuk, maka dapat dilihat hasil yang diperolehnya.
Dari hasil penelitian dan eksperimen yang dilakukan di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa; “ada pengaruh pupuk terhadap pertumbuhan tanama”, merupakan seebuah kebenaran ilmiah yang diperoleh dengan bukti empiris melalui hasil penyelidikan berupa eksperimen di lapangan.survei tentang jumlah penduduk di suatu negara dan jenis-jenis pekerjaan yang dilakoni juga merupakan cara mencari kebenaran tentang  data kependudukan. Kesimpilan hasil survei tersebut adalah sebuah kebenaran ilmiah.
Menurut prespektif agama, suatu kebenaran dapat dicari dan ditemukan, serta diterima melalui proses ilmiah sebagai basis yang utama. Namun demikian, proses aqliah pikiran (logika) juga dapat digunakan sebagai alat penunjang proses imaniah untuk memperkuat kebenaran wahyu sebagai proses imaniah. Contoh kebenaran wahyu atau agama yang hanya dapat diterima melalui proses imaniah adalah peristiwa isra mi’raj nabi besar Muhammad saw, ke sidratul muntaha. Peristiwa ini tidak dapat diterima melalui proses logika, namun ini sebuah fakta dan kebenarannya hany adapat diterima melalui proses imaniah.
Menurut perspektif filsafat, suatu kebenaran dapat dicari, ditemukan, dan diterima melalui proses logika. Dengan kata lain, filsafat ialah kebenaran yang dihasilkan melalui pemikiranradikal. Bukti empiris tidak diperlukan dalam mencari, menemukan, dan  enerima suatu kebenaan melainkan proses pikir dan hasil pikir yang logis merupakan ukuran dalam mencari, menemukan, dam menerima suatu kebenaran. Karenaitu, hakikat kenyataannya secara total (ontologi) , hakikat mengetaui kenyataan (epistomologi), dan hakikat menilai kenyataan (aksiologi) yang berhubungan dengan atika dan estetika menjadi objek dari filsafat (Mudyahardjo, 2004).

Sumber: Susanto, A. 2011. Fisafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara





















1 komentar: