Adapun sifat yang membedakan filsafat dari ilmu-ilmu
pengetahuan, yang memberikan corak yang khusus kepadanya ialah
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, persoalan-persoalan yang dihadapinya.
Pertanyaan filsafat itu
meliputi:
1. Apakah
ada hakikatnya barang ini ataukah tidak ada?
2. Apakah
sesungguhnya kebenaran itu?
3. Apakah
sebenarnya manusia itu?
4. Apakah
sebetulnya pertanyaan ini diajukan terhadap “sesuatu”?
Demikian
hakikat permasalahan filsafat itu meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Filsafat
dikatakan sesuatu ilmu pengetahuan, suatu bentuk pengetahuan. Orang berhubungan
dengan kenyataan melaluipengetahuannya, timbullah soal-soal dan usaha-usaha
untuk memecahkannya yang merupakan pekerjaan pengetahuan pula.
Setiap ilmu
pengetahuan adalah usaha untuk mengerti, suatu bentuk pengetahuan. Dan di
samping penting bagi ilmu-ilmu pengetahuan, maka pengetahuan kita ini dalam
kehidupan kita sehari-hari memegang peranan yang tidak kecil pula. Akan tetapi
kebanyakan orang menerima apa adanya, kita dapat mengerti itu sebagai hal yang
sangat biasa. Bagi mereka pengetahuan manusia tidaklah merupakan pertanyaan
atau persoalan. Mereka telah tidak “heran” lagi. Lagi pula semua ilmu –ilmu
pengetahuan itu menerima pengetahuan manusia sebagai kenyataan. Akan tetapi sebenarnya
pengetahuan kita itu suatu hal yang mengagumkan.
b. Objek pengetahuan kita adalah semua yang
ada. Inilah filsafat. Apakah ini dapat dirinci lebih lanjut? Kita sadar bahwa
kita ini ada. Jadi teranglah bahwa “ada” itu adalah unsur yang sama yang
terdapat dalam segala yang ada. Akan tetapi “ada-Nya” barang itu berlainan,
jadi ada tingkatanya: batu-batu, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, dan manusia.
Jadi yang kita lihat adalah adanya
kesamaan, kesatuan, kesatuan ragaman, bersama-sama dengan kebanyak ragaman, kesergaragaman,
kebanyakan. Bagaimana kedua sifat kenyataan ini dapat diselaraskan?
Juga yang di
dalam dunia yang fana ini semua berubah, perubahan dan pergerakan adalah sifat
khusus daripada dunia tempat kita hidup.
c. Dunia tempat manusia hidup dapat
dipersoalkan pula. Bahkan dalam filsafat
justru dunialah yang pertama-tama dipersoalkan apakah ”ada-nya”, apakah
“hakikat-hakikatnya” barang-barang material, dan bagaimanakah hubungannya
antara satu sam lain. Apakah “tempat“ dan apakah “waktu” itu. Bagaimana
mungkinnya di dalam dunia bahkan dalam barang-barang matipun terdapat aktivitas
(ingat misalnya bahan kima, yang satu mempengaruhi yang lain, yang lain
dipengaruhi dan berubah sifatnta). Bagaimana perbedaan antara makhluk-makhluk
hidup dan barang-barang mati dan lain-lain.
d. Dan terutama. Apakah sebenarnya pada
hakikatnya manusia itu? Telah disebutkan beberapa pertanyaan yang semuanya
dapat disimpulkan dalam pertanyaan pokok ini:
1)
Apakah manusia itu pada hakikatnya?
2)
Bagaimana kodrat manusia itu?
3) Apakah sifat-sifatnya yang baku yang
membedakannya dari semua makhluk-makhluk lainnya?
4)
Bagaimanakah hubungan antara badan dan
jiwa?
5) Bagaimanakah mungkin dia bebas merdeka
memillih apa yang akan diperbuatnya?
6)
Apakah artinya
kepribadian/individualitas (sifat perorangan)?. . . . dan lain-lain
7) Agar dapat hidup maka manusia itu harus
bergiat atau berbuat. Apakah prinsip yang mengatur perbuatan kita itu?
8) Mengapa kita terikat oleh kesusilaan?
Kita tidak hanya melihat dunia, orang-orang dan diri kita sendiri, tetapi kita
menilai pula.
Hidup manusia kita nnilai lebih tinggi
daripada hidup tumbuh-tumbuhan atau kesehatan kita nilai lebih tinggi daripada
kesakitan, kita lebih suka hidu terhormat dari[ada terhina, kita lebih senang
hidup daripada mati dan sebagainya. Akan tetapi dalam pada itu dapat terjadi
bahwa kita mengorbankan harta benda kita, bahkan kalu perlu hidup kita,
misalkan untuk mempertahankan kebebasan tanah air. Jadi ada suatu tingkatan
nilai-nilai. Apakah nilai itu, dan bagaimanakah dapat kita ketahui? Bagaimana
dapat direalisasikan dalam kehidupah sehari-hari? Nilai yang paling banyak kita
pergunakan ialah baik-buruk. Boleh dikatakan semua kita nilai ddengan ukuran
ini: barang –barang dan terutama dialah perbuatan-perbuatan orang lain. Sebab
kita yakin bahwa kita wajib berbuat baik dan menolak yang buruk itu. Jadi harus
mengerti pula apakah yang baik dan apakah yang buruk itu. Ternyata pula ada pertalian
antara baik dan bahagia, tetapi apakah kebahagiaan itu dan bagaimanakah
kebahagiaan itu dapat dicapai? Selanjutnya apakah yang indah, mulia, baik, yang
kita kejar itu. Jadi nilai-nilai itu merupakan dorongan untuk berbuat,
mengarahkan perbuatan dan kegiatan kita. Di dalam semua usaha kita maka kita
seakan-akan dipimpin oleh suara hati. Apakah nilainya, dari manakah asalnya?
Sumber:
Salam Burhanuddin. 2008. Pengantar
Filsafat. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar