Jumat, 30 Desember 2016

Hakikat Permasalah Filsafat



Adapun sifat yang membedakan filsafat dari ilmu-ilmu pengetahuan, yang memberikan corak yang khusus kepadanya ialah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, persoalan-persoalan yang dihadapinya.

Pertanyaan filsafat itu meliputi:
1.    Apakah ada hakikatnya barang ini ataukah tidak ada?
2.    Apakah sesungguhnya kebenaran itu?
3.    Apakah sebenarnya manusia itu?
4.    Apakah sebetulnya pertanyaan ini diajukan terhadap “sesuatu”?
Demikian hakikat permasalahan filsafat itu meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Filsafat dikatakan sesuatu ilmu pengetahuan, suatu bentuk pengetahuan. Orang berhubungan dengan kenyataan melaluipengetahuannya, timbullah soal-soal dan usaha-usaha untuk memecahkannya yang merupakan pekerjaan pengetahuan pula.
Setiap ilmu pengetahuan adalah usaha untuk mengerti, suatu bentuk pengetahuan. Dan di samping penting bagi ilmu-ilmu pengetahuan, maka pengetahuan kita ini dalam kehidupan kita sehari-hari memegang peranan yang tidak kecil pula. Akan tetapi kebanyakan orang menerima apa adanya, kita dapat mengerti itu sebagai hal yang sangat biasa. Bagi mereka pengetahuan manusia tidaklah merupakan pertanyaan atau persoalan. Mereka telah tidak “heran” lagi. Lagi pula semua ilmu –ilmu pengetahuan itu menerima pengetahuan manusia sebagai kenyataan. Akan tetapi sebenarnya pengetahuan kita itu suatu hal yang mengagumkan.
b. Objek pengetahuan kita adalah semua yang ada. Inilah filsafat. Apakah ini dapat dirinci lebih lanjut? Kita sadar bahwa kita ini ada. Jadi teranglah bahwa “ada” itu adalah unsur yang sama yang terdapat dalam segala yang ada. Akan tetapi “ada-Nya” barang itu berlainan, jadi ada tingkatanya: batu-batu, tumbuh-tumbuhan, hewan-hewan, dan manusia.
     Jadi yang kita lihat adalah adanya kesamaan, kesatuan, kesatuan ragaman, bersama-sama dengan kebanyak ragaman, kesergaragaman, kebanyakan. Bagaimana kedua sifat kenyataan ini dapat diselaraskan?
Juga yang di dalam dunia yang fana ini semua berubah, perubahan dan pergerakan adalah sifat khusus daripada dunia tempat kita hidup.
c.  Dunia tempat manusia hidup dapat dipersoalkan pula. Bahkan dalam filsafat  justru dunialah yang pertama-tama dipersoalkan apakah ”ada-nya”, apakah “hakikat-hakikatnya” barang-barang material, dan bagaimanakah hubungannya antara satu sam lain. Apakah “tempat“ dan apakah “waktu” itu. Bagaimana mungkinnya di dalam dunia bahkan dalam barang-barang matipun terdapat aktivitas (ingat misalnya bahan kima, yang satu mempengaruhi yang lain, yang lain dipengaruhi dan berubah sifatnta). Bagaimana perbedaan antara makhluk-makhluk hidup dan barang-barang mati dan lain-lain.
d. Dan terutama. Apakah sebenarnya pada hakikatnya manusia itu? Telah disebutkan beberapa pertanyaan yang semuanya dapat disimpulkan dalam pertanyaan pokok ini:
1)   Apakah manusia itu pada hakikatnya?
2)   Bagaimana kodrat manusia itu?
3) Apakah sifat-sifatnya yang baku yang membedakannya dari semua makhluk-makhluk lainnya?
4)   Bagaimanakah hubungan antara badan dan jiwa?
5) Bagaimanakah mungkin dia bebas merdeka memillih apa yang akan diperbuatnya?
6)   Apakah artinya kepribadian/individualitas (sifat perorangan)?. . . . dan lain-lain
7) Agar dapat hidup maka manusia itu harus bergiat atau berbuat. Apakah prinsip yang mengatur perbuatan kita itu?
8) Mengapa kita terikat oleh kesusilaan? Kita tidak hanya melihat dunia, orang-orang dan diri kita sendiri, tetapi kita menilai pula.
     Hidup manusia kita nnilai lebih tinggi daripada hidup tumbuh-tumbuhan atau kesehatan kita nilai lebih tinggi daripada kesakitan, kita lebih suka hidu terhormat dari[ada terhina, kita lebih senang hidup daripada mati dan sebagainya. Akan tetapi dalam pada itu dapat terjadi bahwa kita mengorbankan harta benda kita, bahkan kalu perlu hidup kita, misalkan untuk mempertahankan kebebasan tanah air. Jadi ada suatu tingkatan nilai-nilai. Apakah nilai itu, dan bagaimanakah dapat kita ketahui? Bagaimana dapat direalisasikan dalam kehidupah sehari-hari? Nilai yang paling banyak kita pergunakan ialah baik-buruk. Boleh dikatakan semua kita nilai ddengan ukuran ini: barang –barang dan terutama dialah perbuatan-perbuatan orang lain. Sebab kita yakin bahwa kita wajib berbuat baik dan menolak yang buruk itu. Jadi harus mengerti pula apakah yang baik dan apakah yang buruk itu. Ternyata pula ada pertalian antara baik dan bahagia, tetapi apakah kebahagiaan itu dan bagaimanakah kebahagiaan itu dapat dicapai? Selanjutnya apakah yang indah, mulia, baik, yang kita kejar itu. Jadi nilai-nilai itu merupakan dorongan untuk berbuat, mengarahkan perbuatan dan kegiatan kita. Di dalam semua usaha kita maka kita seakan-akan dipimpin oleh suara hati. Apakah nilainya, dari manakah asalnya?



Sumber: Salam Burhanuddin. 2008. Pengantar Filsafat. Jakarta: PT. Bumi Aksara
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar