Kamis, 29 Desember 2016

Apa itu Seni???



Seni sangat erat kaitannya dengan filsafat keindahan (estetika). Filsafat sendiri adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Jadi, dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas objeknya untuk sampai kedalamannya, sampai keradikal dan totalitas.

Cabang dari filsafat adalah estetika. Estetika membahas tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman dan keindahan. Dalam hal ini apa yang disebut seni itu baru ‘ada’ kalau tejadi dialog saling memberi dan menerima antara subjek seni (penanggap) dengan subjek seni (benda seni). Inilah yang disebut ‘relasi seni’. Dalam istilah lain dikatakan kalau terjadi ‘jodoh’ antara penanggap dan benda seni. Seni itu dikatakan indah tergantung dari penanggap seni. Tidak semua orang menganggap seni yang ia lihat itu selalu indah.
Karena karya seni tidak selalu “indah” seperti dipersoalkan dalam estetika, maka lahirlah apa yang dinamakan filsafat seni untuk menjawab tentang apa hakekat seni itu. Perbedaan estetika dan filsafat seni hanya dalam obyek materialnya saja. Estetika mempersoalkan hakekat keindahan alam dan karya seni, sedangkan filsafat seni mempersoalkan hanya karya atau benda seni atau artefak yang disebut seni.
Estetika merupakan pengetahuan tentang keindahan alam dan seni. Sedangkan filsafat seni hanya merupakan bagian estetika yang khusus membahas karya seni. Estetika adalah bagian dari filsafat. Dalam studi filsafat, estetika digolongkan dalam persoalan niali, atau filsafat tentang nilai, sejajar dengan nilai etika. Tetapi dalam penggolongan obyeknya, estetika masuk dalam bahasan filsafat manusia, yang terdiri dari logika, etika, estetika, dan antropologis.
Studi estetiak sebagai filsafat yang bersifat spekulatif, mendasar, menyeluruh dan logis ini, pada mulanya merupakan bagian pemikiran filsafat umum seorang filsuf. Seperti diungkapkan dimuka, akhirnya filsafat keindahan ini mengkhususkan diri pada karya-karya seni saja. Dalam perkembangannya pada abad 20, filsafat keindahan ini mulai bergeser ke arah keilmuan. Inilah sebabnya estetika abad 20 juga dinamai estetika modern atau estetika ilmiah.
Seni atau art aslinya berarti teknik , pertukangan, ketrampilan, yang dalam bahasa Yunani  kuno sering disebut sebagai techne. Arti demikian juga berlaku dalam budaya Indonesia kuno. Baru pada pertengahan abad ke-17 , di Eropa dibedakan antara keindahan umum (termasuk alam) dan keindahan karya seni atau benda seni. Inilah sebabnya muncul istilah fine arts dan high arts (seni halus dan seni tinggi, yang dibedakan dengan karya-karya seni pertukangan (craft). Seni, sejak saat itu, dikategorikan sebagai artefak atau benda buatan manusia. Pada dasarnya artefak itu dapat dikategorikan menjadi tiga golongan, yaitu benda-benda yang berguna tetapi tidak indah, benda-benda yang berguna dan indah, benda-benda yang indah tetapi tidak ada kegunaaan praktisnya. Artefak jenis ketiga itulah yang dbicarakan dalam Estetika (Sumardjo, 2000: 24).
Istilah estetika senidiri baru muncul tahun 1950 oleh seorang filusuf minor bernama A.G. Baumgarten (1714-1762). Alexander Baumgarten menamakan seni sebagai pengetahuan sensoris, yang dibedakan dengan logika yang dinamakannya dengan pengetahuan intelektual. Filsafat seni hanya mempersoalkan karya seni atau benda seni atau artefak yang disebut seni.
Pertama, karya seni mengekspresikan gagasan dan perasaan, sedangkan alam tidak mengandung ekspresi semacam itu. Kedua, dalam karya seni orang dapat bertanya : “apa yang ingin dikatakan karya ini?” atau apa maksud karya ini?. Tapi kita tidak bertanya serupa ketika menyaksikan keindahan matahari terbenam di pantai, atau menyaksikan bentuk awan saja, derasnya air terjun. Jadi karya seni selalu membawa makna tertentu dalam diriya, ada usaha komunikasi seni dengan orang lain. Dalam keindahan alamiah hal itu tidak terjadi. Kecantikan seorang wanita kita nikmati sebagai indah begitu saja. Tetapi dalam karya seni seorang wanita tua akan buruk rupa akan menjadi indah. Sedangkan wanita cantik justru tidak indah dalam seni yang gagal. Ketiga, seni dapat meniru alam, tetapi alam tidak mungkin meniru artefak seni. Keempat, dalam alam kita dapat menerima keindahannya tanpa kepentingan praktis-pragmatis dalam hidup ini. Inilah keindahan tanpa pamrih (disinterestedness), sedang dalam karya seni kita masih dapat menjumpai karya-karya itu sebagai indah dan berguna sekaligus. Keindahan alamiah itu gratis, tanpa pamrih kegunaan apapun. Keindahan seni, karena mempunyai makna dapat membawa nilai-nilai lain disamping keindahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar