A. Pengertian Objek Filsafat
Objek material dari
filsafat ini adalah suatu kajian penalaahan atau pembentukan pengetahuan itu,
yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin ada. Objek materil filsafat ini
mencakup segala hal, baik hal-hal yang konkret atau nyata maupunhal-hal yanng
abstrak atau tidak tampak. Menurut Poedjawijatna (11980: 8).
Objek materil
filsafat adalah yang ada dan mungkin
yang tidak ada. Objek materil ini meiputi segala dari keseluruhan ilmu yang
menyeldiki segala sesuatu. Sedangkan menurut Mohammad Noor (1981: 12) berpendapat
bahwa objek materil filsafat itu dibedakan atas objek materil dan nonmateril.
Objek materil mencakup segala sesuatu yang ada dan mungkin ada, baik materil
konktret, fisik. Sedangkan objek nonmateril meliputi hal-hal yang abstrak, dan
psikis.
Objek
filsafat ini menyangkut hal-hal yang
fisik atau tampak maupun yang psikis atau yang tidak tampak. Hal-hal yang fisik
adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran , ada dalam
kenyataan, maupun ada dalam kemungkinan. Hal-hal yang fisik juga meliputi alam
semesta, semua keberadaan, masalah hidup, dan masalah manusia. Sedangkan
hal-hal yang masalah psikis atau nonmaterial adalah masalah Tuhan, kepercayaan,
norma-norma, nilai, keyakinan, dan lain-lian.
Sedangkan
objek formal yaitu sifat penelitian atau penyelidikan yang mendalam. Kata
mendalam berarti ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Penyelidikan
sains tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu ampai batas objek itu dapat
diteliti secara empiris. Menurut Lasiyo dan Tuwono (1985: 6) objek formal
filsafat adalah sudut pandang yang
menyeluruh, secara umum, sehingga dapat mencapai hakikat dari objek materilnya.
Jadi, objek formal filsafat ini membahas objek materilnya sampai ke hakikat
atau esensi dari yang dibahasnya.
B. Ciri-Ciri Filsafat
Filsafat mengandung
beberapa ciri atau unsur yanng terkandung di dalamnya, yaitu sebagai berikut:
1. Filsafa sebagai ilmu, yaitu filsafat
yang berusaha untuk mencari tentang hakikat atau inti dari suatu hal. Hakikat
ini sifatnya sangat dalam ddan hanya dapat dimengerti oleh akal. Untuk mencari
pengetahuan hakikat, harulah dilakukan dengan abstraksi, yaitu suatu perbuatan
akal untuk menghilangkan keadaan,
sifat-sifat yang secara kebetulan, sehingga akhirnya muncul substansi
(sifat mutlak).
2. Filsafat sebagai cara berpikir, yaitu
cara berpikir yanng sangat mendalam (radikal) sehingga akan sampai pada hakikat
sesuatu. Pemikiran yang dilakukan dengan melihat dari baerbagai sudut pandang
pemikiran atau dari sudut pandanng ilmu
pengetahuan.
3. Filsafat sebagai pandangan hidup, yaitu
bahwa filsafat pada hakikatnya bersumber pada hakikat kodrat diri manusia ,
yang berperan sebagai makhluk individu, makhlik sosial, dan makhluk Tuhan.
Filsafat sebagai pandangan hidup dapat dijadikan dasar setiap tindakan dan
tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang
dihadapi dalam hidupnya.
C. Manfaat Mempelajari Filssafat
Dengan
mempelajari filsafat, paling tidak ada tiga hal yang dapat diambil pelajaran
diantaranya sebagai berikut:
1. Filsafat telah mengajarka kita untuk
lebih mengenal diri sendiri secara totalitas, sehingga dengan pemahaman
tersebut dapat dicapai hakikat manusia itu sendiri dan bagaimana sikpa manusia
itu seharusnya. Filsafat mengajarkan kita untuk berpikir serius, berfikkir
secara radikal, mengkaji sesuatu sampai ke akar-akarnya.
2. Filsafat mengajarkan tentang hakikat
alam semesta. Setiap orang tidak perlu mengetahui isi filsafat. Akan tetapi,
orang-orang yang ingin berpartisipasi dalam membangundunia ini perlu mengetahui
ajaran-ajaran filsafat. Mengapa? Karena dunia dibentuk oleh dua kekuatan agama
dan filsafat. Barang siapa yan ingin
memahami dunia maka ia harus memahami
dunia atau filsafat yang mewarnai dunia tersebut. Dengan memilliki kemampuan
berpikir serius, seseorang mungkin saja akan mampu menemukan rumusan baru dalam
menyelesaikan masalh-maslah dunia dan alam sekitarnya.
3. Filsafat mengajarkan tentang hakikat
Tuhan. Studi tentang filsafat dapat membantu manusia untuk membangun keyakinan
keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual, dengan pemahaman yanng
mendalam dan dengan daya nahar yanng tajam , maka akan sampailah kepada
kekuasaan yang mutlak, yaitu Tuhan, maka dengan filsafat, nash atau ajaran-ajaran agama yanng dapat dijadikan sebagai bukti
untuk membenarkan akal. Atau sebaliknya, dengan filsafat dapat dijadikan alat
segala yang ada, baik yang fisik maupun yang metafisik seperti manusia, alam
semesta, dan Tuhan.
Sumber:
Susanto, A. 2011. Fisafat Ilmu.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar