A.
Pengertian Ontologi
Secara etimologis ontologi berasal dari
bahasa Yunani ”ethos” dan ”logos”, ethos adalah kata kerja dari einai artinya
yang sedang berada, sedangkan logos berarti ilmu. Dengan demikian secara bahasa
ontologi dapat diartikan ilmu yang membicarakan segala sesuatu yang ada. Ontologi
merupakan salah satu cabang filsafat yang ingin mencari dan menemukan hakikat
dari sesuatu yang ada. Sesuatu yang ada itu dicari oleh manusia agar ia dapat
mencari dan menemukan hakikat kenyataan yang bermacam-macam yang pada akhirnya
nanti akan memberikan makna pada kehidupan manusia itu sendiri.
Dari deskripsi di atas dapat dipahami
bahwa ontologi merupakan cabang atau istilah filsafat dimana segala sesuatu itu
mempunyai prinsip mendasar yang tidak menimbulkan pertentangan. Sesuatu yang
nyata pasti dapat diterima oleh semua orang sehingga dapat menghasilkan
kebenaran. Hakikat realitas menurut sudut pandang filsafat Islam pada
hakikatnya ”spiritual”. Prinsip ini mengarah pada aspek fundamental dari
spiritual Islam, yaitu bahwa segala sesuatu yang mengitari kita, semua realitas
materi atau kejadian merupakan pelaksana. Selanjutnya hakikat esensi dalam
kajian filsafat akan terhenti pada penetapan adanya unsur pokok dari segala sesuatu,
yang sifatnya fundamental. Unsur pokok ini menunjuk pada suatu jawaban yang
abstrak, tidak kelihatan, tidak terukur, dan tidak bisa ditimbang. Hakikat
esensi terletak pada eksistensinya,
tidak pada kata bendanya, tetapi pada kata kerjanya yang aktualis.
Dapat ditarik suatu alur bahwa ontologi
itu sebagai salah satu cabang dari filsafat yang ingin mencoba menemukan
hakikat dari sesuatu yang ada, realitas merupakan bagian dari yang ada itu
sendiri. Hakikat dari realitas adalah segala sesuatu yang mengitari kita. Sisi
dari realitas merupakan esensi dan hakikat esensi adalah pada eksistensinya,
yang akan berhenti setelah adanya ketetapan atau jawaban yang benar. Dari sudut
pandang Islam semua realitas atau kejadian merupakan kekuasaan Allah. Dapat
dipahami bahwa hakikat ontologi adalah memecahkan permasalahan realitas secara
tepat, karena konsepsi kita tentang realitas mengontrol pertanyaan kita tentang
dunia ini. Dan tanpa adanya pertanyaan, kita jelas tidak akan memperoleh
jawaban darimana kita nantinya akan membina kumpulan ilmu pengetahuan yang kita
miliki dan menetapkan disiplin tentang masalah-masalah pokoknya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ontologi merupakan cabang filsafat yang membahas masalah tentang kenyataan,
tentang realitas, tentang yang nyata dari sesuatu. Ontologi mempertanyakan
hakikat realitas yang ada di dunia ini. Dalam interaksinya dengan alam semesta,
manusia mempertanyakan apakah realitas alam semesta ini merupakan realitas
materi. Ataukah ada realitas dibalik sesuatu yang ada itu. Apakah alam semesta
ini bersifat tetap, kekal tanpa perubahan. Ataukah alam semesta ini bersifat
tidak kekal. Apakah unsur alam semesta ini monisme atau dualisme ataukah
pluralisme.
Untuk melakukan tugas dan spesifikasinya
secara sistematis ada bermacam-macam ontologi yaitu idealisme, realisme, Islam
dan yang lainnya. Dalam kajian ini tidak disebutkan semuanya, hanya yang perlu
saja untuk mengetahui hakikat ontologi. Tokoh pertama dari golongan idealis
adalah Plato. Di dalam aliran filsafat idealis dirasakan pentingnya untuk
membagi semua realitas ke dalam dua bagian besar, yaitu: yang nampak dan yang
sejati. Dalam lingkungan yang nampak ini termasuk segala yang mengalami
perubahan. Disini terdapat ketidaksempurnaan, ketidakteraturan,
ketidaktenangan, dan inilah alam kesulitan dan kesusahan, alam penderitaan dan
kesengsaraan dan alam kejahatan atau dosa. Sebaliknya keadaan alam realitas
yang sejati tidaklah demikian, dia merupakan alam ideal, alam pikiran sejati
dan murni. Jadi di alam inilah terdapat nilai-nilai yang langgeng, kualitas
yang abadi dan disanalah terdapat keteraturan, kebenaran sejati, kemakmuran,
kedamaian, dan kelestarian segala sesuatu.
Filsafat lain yang masuk dalam aliran
idealis adalah Hegel. Ia mengemukakan bahwa segala realitas adalah perlombaan
yang bergerak dari dua macam pertentangan yang merupakan perwujudan dari
dialetika alam, yaitu semacam dialetika yang muncul berulang kali dalam sifat
dan alam manusia. Menurut Hegel, setiap idea Plato pasti ada antithesisnya.
Hegel memakai tiga serangkai thesis-antithesis-sinthesis untuk menerangkan yang
dimaksud.
Selain aliran idealis dalam kajian ini
dikemukakan pendapat dari aliran realisme mengenai realitas atau ontologi.
Tokoh atau bapak dari aliran realisme adalah Aristoteles. Pandangan Aristoteles
tentang dunia nyata ini menurut cara ontologis adalah bahwa dunia ini terbuat
dari zat benda. Zat ini terus menerus mengalami perubahan bahkan lebih hebat
dari yang dikatakan Aristoteles, semua partikel bergerak tanpa henti. Demikian
ahli-ahli filsafat realis telah menetapkan untuk menamakan dunia ini sebagai
zat yang bergerak. Filosof realis menganggap bahwa dunia nyata dimana kita
hidup ini adalah dasar utama dari realitas dan unsur-unsur komponennya semua
bergerak dan bertindak tanduk sesuai dengan hukum alam yang pasti.
Dapat dipahami bahwa hakikat ontologi
menurut kaum idealis adalah bahwa realitas tertinggi itu adalah alam pikiran
(idea), sedangkan menurut kaum realis hakikat ontologi adalah adanya sebuah
dunia yang penuh dengan benda-benda yang senantiasa bergerak semacam mekanisme
yang dikaruniai pola, keterangan dan gerakan yang harmonis.
Sumber: Asy'ari, Musa .1999. Filsafat Islam: Sunah Nabi dalam Berfikir.
Yogyakarta: Lesfi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar