Baduy adalah sebutan yang melekat pada
orang-orang yang tinggal di sekitar kaki pegunungan Kendeng di Desa Kanekes,
Kecamatan Lauwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten, dengan ciri-ciri yang
khas dan unik dibanding dengan orang-orang yang ada disekitar mereka, demikian
pula dengan orang-orang yang tinggal di daerah Banten pada umumnya. Keunikan
yang mereka miliki adalah terlihat dengan jelas dalam tata cara berpakaian,
keseragaman bentuk rumah, penggunaan bahasa, kepercayan dan adat istiadat.
Sebutan lain untuk "Baduy" yang diberikan oleh penduduk luar kepada
kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang
agaknya mempersamakan mereka dengan Badawi atau Bedouin Arab yang merupakan
masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Mengenai asal usul orang Baduy,
jawaban yang akan diperoleh adalah mereka keturunan dari Batara Cikal, salah
satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering
pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut
kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Baduy mempunyai tugas
bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia. Mereka juga
beranggapan bahwa suku Baduy merupakan peradaban masyarakat yang pertama kali
ada di dunia Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung
Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka
menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan
nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti
Urang Cibeo (Garna, 1993).
Mengapa
orang Baduy khususnya Baduy Dalam sangat konsen menjaga alamnya, karena mereka
mengandalkan hidup dari alam, begitu cintanya kepada alam ciptaan Tuhan Yang
Maha Kuasa, mereka mandi tidak
menggunakan sabun, sampo, odol dan sejenisnya yang menggunakan zat-zat kimia.
Mereka amat sangat sadar bahwa mereka mengandalkan hidup dari alam sehingga
mereka harus menjaga alam yang ada di sekitar mereka jangan sampai tercemar,
rusak bahkan punah. Adat,
budaya dan tradisi yang hidup di Baduy mudah dilihat dari 3 hal yang mewarnai
kehidupan mereka, yaitu : sikap hidup sederhana, bersahabat dengan alam dan
semangat dalam kemandirian. Kesederhanaan adalah titik pesona yang melekat pada
identitas Suku Baduy hingga saat ini, masyarakat Baduy berusaha tetap bertahan
pada kederhanaan di tengah kuatnya arus modernisasi di segala bidang, bagi
mereka kesederhanaan bukanlah kekurangan atau ketidak mampuan, tetapi sudah
menjadi bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan itulah arti kebahagiaan
hidup bagi mereka. Ukuran kesejahteraan bukanlah dengan cara hidup di luar adat
mereka.
Lingkungan tempat tinggal mereka tidak
dijangkau oleh transportasi modern, dan terpencil di tengah-tengah bentang alam
pegunungan, perbukitan rimbun serta hutan, lengkap dengan sungai dan anak
sungai, juga hamparan kebun dan tanah ladang dan Danau Dandang adalah
satu-satunya danau yang terdapat di Baduy. Andai kita sebagai
warga masyarakat yang hidup dan tinggal di kota-kota besar mempunyai sedikit
saja keperdulian akan alam dan dapat menjaganya seperti mereka, pasti yang
namanya bencana alam banjir, tanah longsor, rob air laut, dan sebagainya tidak terjadi
di sebagian besar negeri ini.
Masyarakat Baduy adalah sosok masyarakat
yang dari waktu ke waktu, generasi ke generasi hidup penuh dengan
kesederhanaan, ketaatan, keikhlasan, kukuh pengkuh dalam mempertahankan dan
melaksanakan tradisi serta amanat leluhurnya. Mereka sangat menyatu demi tetap
tegaknya dan berdirinya kesukuan mereka, maka adat istiadat dan pusaka leluhur
harus terus dijaga dan diletarikan dengan diwariskan secara terus-menerus
kepada anak cucunya secara tegas dan mengikat.
Dengan kearifan, kebijaksanaan dan
penglihatan batin yang tajam jauh ke depan, para leluhur dan tokoh adat Baduy
sudah dapat memperkirakan bahwa tidak mungkin seluruh anak cucunya mampu
mempertahankan amanat leluhurnya secara murni dan konsekuen. Mereka menyadari
bahwa ketaatan dan keikhlasan manusia tidaklah sama, sehingga pewarisan budaya
kepada anak cucunya pun tidak sama. Lahirnya kelompok pewaris yang disebut
Baduy Dalam dan Pewaris yang disebut Baduy Luar. Kedua Kelompok Pewaris ini
memiliki ciri-ciri spesifik tertentu dalam melaksanakan amanat leluhurnya
karena sejak awal sudah dibuat alur masing-masing yang sangat jelas dan tegas
dengan perangkat hukum adat yang jelas pula. Inilah yang kemuadian menjadikan
mereka sebagai satu kesukuan yang unik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar