Selasa, 27 Desember 2016

Sejarah Asal-Usul Baduy


      

Baduy adalah sebutan yang melekat pada orang-orang yang tinggal di sekitar kaki pegunungan Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Lauwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten, dengan ciri-ciri yang khas dan unik dibanding dengan orang-orang yang ada disekitar mereka, demikian pula dengan orang-orang yang tinggal di daerah Banten pada umumnya. Keunikan yang mereka miliki adalah terlihat dengan jelas dalam tata cara berpakaian, keseragaman bentuk rumah, penggunaan bahasa, kepercayan dan adat istiadat.    
  
Sebutan lain untuk  "Baduy"  yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan Badawi atau Bedouin Arab yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Mengenai asal usul orang Baduy, jawaban yang akan diperoleh adalah mereka keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Baduy mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia. Mereka juga beranggapan bahwa suku Baduy merupakan peradaban masyarakat yang pertama kali ada di dunia Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).
Mengapa orang Baduy khususnya Baduy Dalam sangat konsen menjaga alamnya, karena mereka mengandalkan hidup dari alam, begitu cintanya kepada alam ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, mereka mandi  tidak menggunakan sabun, sampo, odol dan sejenisnya yang menggunakan zat-zat kimia. Mereka amat sangat sadar bahwa mereka mengandalkan hidup dari alam sehingga mereka harus menjaga alam yang ada di sekitar mereka jangan sampai tercemar, rusak bahkan punah. Adat, budaya dan tradisi yang hidup di Baduy mudah dilihat dari 3 hal yang mewarnai kehidupan mereka, yaitu : sikap hidup sederhana, bersahabat dengan alam dan semangat dalam kemandirian. Kesederhanaan adalah titik pesona yang melekat pada identitas Suku Baduy hingga saat ini, masyarakat Baduy berusaha tetap bertahan pada kederhanaan di tengah kuatnya arus modernisasi di segala bidang, bagi mereka kesederhanaan bukanlah kekurangan atau ketidak mampuan, tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan itulah arti kebahagiaan hidup bagi mereka. Ukuran kesejahteraan bukanlah dengan cara hidup di luar adat mereka.
Lingkungan tempat tinggal mereka tidak dijangkau oleh transportasi modern, dan terpencil di tengah-tengah bentang alam pegunungan, perbukitan rimbun serta hutan, lengkap dengan sungai dan anak sungai, juga hamparan kebun dan tanah ladang dan Danau Dandang adalah satu-satunya danau yang terdapat di Baduy. Andai kita sebagai warga masyarakat yang hidup dan tinggal di kota-kota besar mempunyai sedikit saja keperdulian akan alam dan dapat menjaganya seperti mereka, pasti yang namanya bencana alam banjir, tanah longsor, rob air laut, dan sebagainya tidak terjadi di sebagian besar negeri ini.
Masyarakat Baduy adalah sosok masyarakat yang dari waktu ke waktu, generasi ke generasi hidup penuh dengan kesederhanaan, ketaatan, keikhlasan, kukuh pengkuh dalam mempertahankan dan melaksanakan tradisi serta amanat leluhurnya. Mereka sangat menyatu demi tetap tegaknya dan berdirinya kesukuan mereka, maka adat istiadat dan pusaka leluhur harus terus dijaga dan diletarikan dengan diwariskan secara terus-menerus kepada anak cucunya secara tegas dan mengikat.
Dengan kearifan, kebijaksanaan dan penglihatan batin yang tajam jauh ke depan, para leluhur dan tokoh adat Baduy sudah dapat memperkirakan bahwa tidak mungkin seluruh anak cucunya mampu mempertahankan amanat leluhurnya secara murni dan konsekuen. Mereka menyadari bahwa ketaatan dan keikhlasan manusia tidaklah sama, sehingga pewarisan budaya kepada anak cucunya pun tidak sama. Lahirnya kelompok pewaris yang disebut Baduy Dalam dan Pewaris yang disebut Baduy Luar. Kedua Kelompok Pewaris ini memiliki ciri-ciri spesifik tertentu dalam melaksanakan amanat leluhurnya karena sejak awal sudah dibuat alur masing-masing yang sangat jelas dan tegas dengan perangkat hukum adat yang jelas pula. Inilah yang kemuadian menjadikan mereka sebagai satu kesukuan yang unik.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar