Epistomologi sering
juga disebut dengan teori pengetahuan (theory
of know ledge). Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata
Yunani episteme, yang artinya pengetahuan, dan logos yang artinya ilmu atau
teoru. Jadi, epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang
mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan syahnya (validitas)
pengetahuan. Menurut Conny Semiawan dkk, (2005:157) Epistemologi adalah cabang
filsafat yang menjelaskan tentang masalah-masalah filosofis sekitar teori
pengetahuan. Epistemologi memfokuskan pada makna pengetahuan yang dihubungankan
dengan konsep, sumber dan kreteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan
sebagainya. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal-usul
susunan, metode-metode, dan syahnya pengetahuan.
Secara sistematis,
Harold Titus (1984: 187-188) menjelaskan tiga persoalan pokok dalam bidang
epistomologi, yaitu sebagai berikut:
1. Apakah
sumber pengetahuan itu? Dari manakah datangnya pengetahuan yang benar itu? Dan
bagaimana cara mengetahuinya?
2. Apakah
sifat dasar pengetaguan itu? Apa ada dunia yang benar-benar dibluar pikiran
kita? Dan kalaubada, apakah kita bisa mengetahuinya?
3. Apakah
pengetahuan itu benar (valid)? Bagaimana kita dapat membedan yang benar dari
yang salah?
Menurut Kattsoff
(1987:76), secara umum pernyataan-pernyataan epistemologi menyangkut dua macam,
yakni epistemologi kefilsafatan yang erat hubungannya dengan psikologi dan
petabyaan-pertanyaan semantik yang menyangkut hubungan antara pengetaguan
dengan objek pengetahuan
tesebut. Epistemologi meliputi sumber, sarana, dan tata cara mengguanakan
sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenai pilihan landasan
ontologi akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaab dalam menentukan sarana
yang akan kita pilih Akal, budi,
pengalaman, atau kombinasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan
sarana yang dimksud dengan epistemologi, sehingga dikenal dengan adanya model-model
epistemologi seperti rasionalisme, empirisme, kritisisme, atau rasionalisme kritis,
postitivisme, fenomenologis dengan berbagai variasinya. Pengetahuan yang
diperoleh manusia melalui akal, indera, dan laik-lain mempunyai metode
tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya sebagai berikut:
a.
Metode
Induktif
Induktif
yaitu metode yang menyampaikan pernyataan-pernyataan hasil obserbasi dan
disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Yang bertolak dari pernyataan-pernyataan
tunggal sampai
pernyaan-pernyataan universal. Dalam induksi, telah diperoleh pengetahuan, maka
akan dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu mengajarkab kita bahwa kalu logam
dipinasu ia akan mengembang, bertolak dari teori ini akan tahu bahwa logam lain
yang kalau dipanasi juga akan mengembang. Dari contoh di atas bisa diketahui
bahwa induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang disebut sintetik.
b.
Metode
Deduktif
Deduktif ialah suati
metode yang menyimpulkan
bahwa data-data empiris diolah lebih lanjut
dalam suatu sistem pernyataan
yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode desuktif ialah
adanyabperbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada
penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut
mempunyai sifat
empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian
teori dengan jalan menerapkan secara
empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari terori tersebut.
c.
Metode
Positivisme
Metode ini dikeluarkan oleh August Comta
(1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual,
yang positif. Ia mengesampingkan segala uraian di luar yang ada sebagai fakta.
Oleh karena itu, ia menolak metafisika. Apa yang diketahui secara positif
adalah segala yang tampak dan segala gejala dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan
dibatasi kepada bidang gejala-gejala saja.
d.
Metode
Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya
keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga
objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda, seharusnya dikembangkan satu
kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan yang diperoleh lewat
intuisi ini bisa diperoleh dengan cara berkontemplatif seperti yang dilakukan
oleh Al-Ghazali.
e.
Metode
Dialektis
Dalam
filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato
mengartikannya diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap logika yang
mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisi sistematis
tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.
Sumber: Susanto, A. 2011. Fisafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar