Rabu, 28 Desember 2016

Dimensi Epistemologi



Epistomologi sering juga disebut dengan teori pengetahuan (theory of know ledge). Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme, yang artinya pengetahuan, dan logos yang artinya ilmu atau teoru. Jadi, epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan syahnya (validitas) pengetahuan. Menurut Conny Semiawan dkk, (2005:157) Epistemologi adalah cabang filsafat yang menjelaskan tentang masalah-masalah filosofis sekitar teori pengetahuan. Epistemologi memfokuskan pada makna pengetahuan yang dihubungankan dengan konsep, sumber dan kreteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan sebagainya. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal-usul susunan, metode-metode, dan syahnya pengetahuan.

Secara sistematis, Harold Titus (1984: 187-188) menjelaskan tiga persoalan pokok dalam bidang epistomologi, yaitu sebagai berikut:
1.  Apakah sumber pengetahuan itu? Dari manakah datangnya pengetahuan yang benar itu? Dan bagaimana cara mengetahuinya?
2.    Apakah sifat dasar pengetaguan itu? Apa ada dunia yang benar-benar dibluar pikiran kita? Dan kalaubada, apakah kita bisa mengetahuinya?
3.   Apakah pengetahuan itu benar (valid)? Bagaimana kita dapat membedan yang benar dari yang salah?
Menurut Kattsoff (1987:76), secara umum pernyataan-pernyataan epistemologi menyangkut dua macam, yakni epistemologi kefilsafatan yang erat hubungannya dengan psikologi dan petabyaan-pertanyaan semantik yang menyangkut hubungan antara pengetaguan dengan objek pengetahuan tesebut. Epistemologi meliputi sumber, sarana, dan tata cara mengguanakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenai pilihan landasan ontologi akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaab dalam menentukan sarana yang akan kita pilih  Akal, budi, pengalaman, atau kombinasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimksud dengan epistemologi, sehingga dikenal dengan adanya model-model epistemologi seperti rasionalisme, empirisme, kritisisme, atau rasionalisme kritis, postitivisme, fenomenologis dengan berbagai variasinya. Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera, dan laik-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya sebagai berikut:
a.    Metode Induktif
Induktif yaitu metode yang menyampaikan pernyataan-pernyataan hasil obserbasi dan disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Yang bertolak dari pernyataan-pernyataan tunggal sampai pernyaan-pernyataan universal. Dalam induksi, telah diperoleh pengetahuan, maka akan dipergunakan hal-hal lain, seperti ilmu mengajarkab kita bahwa kalu logam dipinasu ia akan mengembang, bertolak dari teori ini akan tahu bahwa logam lain yang kalau dipanasi juga akan mengembang. Dari contoh di atas bisa diketahui bahwa induksi tersebut memberikan suatu pengetahuan yang disebut sintetik.
b.   Metode Deduktif
Deduktif ialah suati metode yang menyimpulkan bahwa data-data empiris diolah lebih lanjut  dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode desuktif ialah adanyabperbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri. Ada penyelidikan bentuk logis teori itu dengan tujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah, ada perbandingan dengan teori-teori lain dan ada pengujian teori dengan jalan menerapkan secara empiris kesimpulan-kesimpulan yang bisa ditarik dari terori tersebut.
c.    Metode Positivisme
     Metode ini dikeluarkan oleh August Comta (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia mengesampingkan segala uraian di luar yang ada sebagai fakta. Oleh karena itu, ia menolak metafisika. Apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dan segala gejala dengan demikian metode  ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala-gejala saja.   
            d.   Metode Kontemplatif
     Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda, seharusnya dikembangkan satu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Pengetahuan yang diperoleh lewat intuisi ini bisa diperoleh dengan cara berkontemplatif seperti yang dilakukan oleh Al-Ghazali.
           e.    Metode Dialektis
          Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato mengartikannya diskusi logika. Kini dialektika berarti tahap logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan metode-metode penuturan, juga analisi sistematis tentang ide-ide untuk mencapai apa yang terkandung dalam pandangan.

Sumber: Susanto, A. 2011. Fisafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara



Tidak ada komentar:

Posting Komentar