A. Pengertian Logika
Istilah
logika diambil dari bahasa Yunani “logikos”,
yang berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu perimbangan akal
(pikiran) , mengenai kata, mengenai percakapan atau berkenaan dengan bahasa (Jan
Hendrik Rapar, 2005:52). Dalam bahasa Latin logika disebut dengan logos, berarti perkataan atau sabda (Mundiri,
2003:8). Orang arab biasanya menyebut logika ini dengan kata ‘mantiq’, yang diambil dari kata ‘nataqa’. Kata ‘mantiq’ lazim digunakan dengan berkata atau berucap . istilah ‘mantiq’ juga diartikan sebagai hukum
yang memelihara hati nurani dari kesalahan dalam berpikir.
Poedjawijatna
(1966:55) menjelaskan bahwa logika merupakan kajian filsafat yang mengkaji
manusia yang biasanya dikenal dengan filsafat budi, di mana budi di sini adalah
akal yang sebagai alat penyelidikan dalam mengambil suatu tindakan atau
keputusan. Dalam buku Logic and Language
Of Eduction, George F. Kneller (1966:13) mengemukakan bahwa logika disebut
sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar
dan metode berpikir benar”. Sedangkan menurut Poedjawiyatna (2004:9)
menyebutkan logika dengan istilah 'filsafat
berpikir'. Berpikir, merupakan tindakan manusia untuk mencari tahu atau
pengetahuan. sedangkan menurut Irving M.
Copy (1978:3) manyatakan, logika adalah ilmu yang mempwlajari metode dan
hukum-hukum yang digumakan untuk membefakan penalaran yang betul dari penalaran
yang salah.
Menurut
Cecep Sumarna (2004:73-74) logika adalah cara penarikan kesimpulan, atau
pengajuan intuk berpikir secara shahih. Ada dua cara penarikan kesimpulan,
yaitu deduktif yang artinya cara penarikan dari hal-hal yang bersifat umum
menjadi kasus yang bersifat khusu, sedangkan induktif artinya sebagai penarikan
kesimpulan daru kasus-kasus individual nyata menjadi keaimpulan yang beraufat
umum. Jadi, logi pada umumnya memiliki persamaan, bahwa yang disebut logika
adalah cabang filsafat yang membahas tentang asas-asas, aturan-aturan, dan
prosedur dalam mencapai pengetahuan yang benar, yang dapat dapat di
petanggungjawabkan secara rasional.
B. Sejarah Perkembangan Logika
Bettrand
Russel dalam bukunya "History of
Western Philosophy" (1974:206) menjelaskan bahwa kata logika untuk
pertama kali dipergunakan oleh Zeno dari Citium. Sedangkan menurut K. Bertens
(1989:136-138) menyatakan bahwa logika pertama kali muncul pada masa (abad ke-1
SM) yang dimaknai sebagai 'seni berdebat', selain itu pada masa Aristiteles
baru dikenal kata 'analitik' yang
bertugas menyelidiki argumen-argumen yang bertitik tolak dari
keputusan-keputusan yang benar.
Herman
Soewandi, lebih mendalami menyoroti
logika dari bingkai sejarah. Soewandi mengemukakan bahwa secara historis,
logika telah berkembang sejak abad ke-17 sampai abad ke-20 sekarng ini, di mana
spesifikasi masing-masing pwrode tersebut memiliki kekhasan tersendiri. Pada
abad ke 17 cara kerja logika baru muncul setelah renaissance di Eropa, yakni corak berpikir logika deduksi dan
induksi. Tokohnya yang sangat terkenal adalah Rone Descrastes dan Francis
Bacosn. pada abad ke-18 sering disebut sebagai masa abad pencerahan (englightenment), di mana Barat telah
menemukan teori besar dengan keyakinannya pada otak manusai yang tidak
terbatas, sehingga melahirkan para ilmuwan sepwrti Isac Newton, Adam Smith,
Montesquieu, JJ. Roussaeu, Immanuel Kant, David Hom, dan lain'lain.
Pada
ke-19 merupakan masa pertengahan antara deduktif dan induktif yang cukup
menarik, seperti yang dibahas oleh Whewell (dedektif) dan Mill (induktif). pada
abad ini, filsafat ilmu muncul dan mulai membangun paradigmanya sendiri Whewell
mencoba mencari hubungan antara konsep-konsep dan ide-ide secara logis, seperti
teori tentang perjalanan cahaya pada garis lurus, panas dari bentuk energi,
aksi akan melahirkan reaksi. Sementara pada abad ke-20, Estella M. Philips
menggabungkan pemikiran deduktif dan induktif yang dikenal dengan deduco hypothetico verificative.
Sumber:
Susanto, A. 2011. Fisafat Ilmu.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar