Senin, 26 Desember 2016

Hubungan Manusia dengan Filsafat



Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang telah mencapai derajat sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya, termasuk diantaranya malaikat, jin, binatang dan lain-lain. Diantara kesempurnaan itu terlihat dari ciri-ciri manusia yang memiliki jasmani (fisik) yang terdiri dari kapur, air dan tanah yang bagus, ruh yang berfungsi untuk menggerakkan jasmani dan jiwa yang didalamnya ada rasa dan perasaan, yang terdiri dari 3 unsur :

1.  Syahwat (Lawwamah) darah hitam, yang dipengaruhi oleh sifat Jin, seperti rakus, pemalas, dan serakah.
2. Ghodob (Ammarah) darah merah, yang dipengaruhi oleh sifat setan, seperti sombong dan merusak.
3. Natiqoh (Muthmainah) darah putih, yang dipengaruhi oleh sifat malaikat, seperti bijaksana, tenang, berbudi luhur.
Otak merupakan alat dalam menjalankan dan mengendalikan jiwa yang didalamnya terdapat tiga bagian, yaitu : Akal (timbangan) antara hak dan yang bathil, Pikir (hitungan) tentang untung dan rugi, Zikir (ingatan) tentang menghambbakan diri kepada sang pencipta.
Filsafat adalah induk semua ilmu yang ada dalam semesta ini, manusia berfilsafat guna mencari kebenaran dari sebuah ilmu, manusia berfilsafat untuk melatih otak yang diberikan oleh Allah untuk berfikir, berfikir apabila memakai sifat Natiqoh maka akan tercipta sebuah penemuan yang bermanfaat dari cabang filsafat ilmu, jika otak dipakai dengan menggunakan Syahwat dan Ghodob maka akan menghasilkan filsafat ilmu yang lebih banyak mudharat dari manfaatnya, seperti contoh, ditemukannya semacam virus H2C dalam ilmu kesehatan, yang kemudian disebar keseluruh dunia dan dikenal dengan nama penyakit HIV.
Begitulah hubungan antara manusia dan filsafat yang saling mengisi, manusia mempelajari ilmu yang kemudian disebut berfilsafat, filsafat memberikan titik temu antara kebutuhan manusia dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam menguak sebuah kebenaran dari cabang ilmu. Selagi manusia masih berfikir positif maka akan terus tercipta pembaharuan-pembaharuan dari ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia berikutnya dan akan lahir peradaban-peradaban baru dalam dunia ini. Namun apabila manusia sudah berhenti berfikir atau berfikir negatif maka peradaban yang sudah ada akan hancur dan terciptalah penemuan-penemuan yang menyesatkan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang digeluti oleh filsuf.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar