Kata filsafat berasal dari kata Yunani
filosofia, yang berasal dari kata filosofein yang berarti mencintai
kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang
berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai atau philia yang berarti
cinta dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata
Inggris philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.
Filsafat berawal dari orang-orang Yunani
yang mula-mula berfilsafat di Barat mengatakan bahwa filsafat timbul karena
ketakjuban. Ketakjuban di sini adalah ketakjuban menyaksikan keindahan dan
kerahasiaan alam semesta ini lantas menimbulkan keinginan untuk mengetahuinya.
Berhadapan dengan alam yang indah, luas, bagus, dan ajaib pada pada saat malam
hari, timbul di hati mereka keinginan hendak mengetahui rahasia alam ini. Lalu
timbul pertanyaan di dalam
hati mereka, dari mana datangnya alam ini?, bagaimana terjadinya!, bagaimana
kemajuannya dan ke mana sampainya!. Demikianlah selama beratus tahun alam ini
menjadi pertanyaan yang memikat perhatian para ahli pikir atau filusuf. Akan
tetapi, hendaknya perlu diperhatikan bahwa pertanyaan yang dapat menimbulkan
filsafat bukanlah pertanyaan yang sembarangan. Pertanyaan yang dangkal seperti
“Apa rasa gula?” akan dapat dijawab oleh lidah, kemudian pertanyaan “Pada tahun
keberapa tanaman kopi berbuah?” tidak akan menimbulkan filsafat karena riset
dapat menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan yang dalam, ultimate, dan bobotnya
berat itulah yang akan menimbulkan filsafat bila jawabannya dijelaskan secara
serius dan detail. Contohnya seperti pertanyaan Thales, “What is the nature of
the world stuff?” apa sebenarnya bahan alam semesta ini? Indera tak dapat
menjawabnya, sains juga terdiam. Thales menjawab air, ia mendasari jawabannya
dengan dasar bahwa “Water is the basic principle of the universe” prinsip dasar
alam semesta adalah air karena air dapat berubah menjadi berbagai wujud. Selain
Thales, banyak juga filusuf yang mengemukakan jawabannya. Ada yang menemukan
empat unsur yaitu tanah, air, udara, dan api. Ada yang menemukan apeiron yang
cirinya mungkin sama dengan Tuhan. Jadi, pertanyaan itulah yang menimbulkan filsafat.
Berikut ini beberapa pemikiran dari para tokoh filsafat mengenai asal-usul munculnya filsafat.
Berikut ini beberapa pemikiran dari para tokoh filsafat mengenai asal-usul munculnya filsafat.
1.
Thales
(624 – 546 SM)
Orang Miletus digelari “Bapak Filsafat”
karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Seperti yang telah kami
paparkan di atas tadi gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang
sangat mendasar yang jarang diperhatikan orang zaman sekarang “What is the
nature of the world stuff?” apa sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia sendiri
menjawab air. Thales mengambil air sebagai asal alam semesta karena ia
melihtanya sebagai sesuatu yang sangat diperlukan dalam kehidupan, dan dia juga
berpendapat bahwa bumi ini terapung di atas air. Pertanyaan itu dijawabnya
dengan menggunakan akal bukan menggunakan agama atau kepercayaan lainnya.
Alasannya karena air penting bagi kehidupan dan dari sinilah akal mulai digunakan
lepas dari keyakinan.
2.
Anaximenes
Mengenai tanggal
lahirnya diketahui bahwa ia lebih muda dari Anaximandros (610-540 SM). Menurut
Anaximenes prinsip yang merupakan asal usul segala sesuatu adalah udara. Udara
melahirkan semua benda dalam alam semesta karena suatu proses pemadatan dan
pengenceran (condensation and rarefaction). Kalau udara semakin bertambah
kepadatannya maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah, dan akhirnya
batu. Sebaliknya, kalau udara itu menjadi lebih encer yang timbul ialah api.
Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya, dia berpendapat bahwa bumi itu
berupa meja bundar yang melayang di atas udara. Demikian pun matahari, bulan,
dan bintang-bintang laksana sehelai daun. Badan-badan jagat raya itu tidak
terbenam di bawah bumi akan tetapi mengelilingi bumi yang datar itu. Matahari
lenyap pada waktu malam, karena tertutup di belakang bagian-bagian tinggi.
3.
Herakleitos
(544-484 SM)
Herakleitos menyatakan “You can not step
twice into the same river for the fresh waters are ever flowing upon you”
engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai itu
selalu mengalir. Menurut Herakleitos alam semesta ini selalu dalam keadaan
berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi
dingin. Herakleitos juga berbicara tentang kehidupan dalam suatu konteks
kosmologis. Dalam kosmologinya Herakleitos mengatakan bahwa kosmos selalu
berubah dari api menjadi air lalu menjadi tanah dan sebaliknya dari tanah
menjadi air lalu menjadi api lagi. Itu berarti bila kita hendak memahami
kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Kosmos tidak
pernah berhenti, ia selalu bergerak dan berubah. Itulah sebabnya ia sampai pada
kongklusi bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahan (stuff) nya
seperti yang dinyatakan oleh Thales, melainkan prosesnya.
4.
Pythagoras
(572-497 SM)
Ia dilahirkan di pulau Samos, Ionia.
Pemikirannya substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam
merupakan pengungkapan pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan
matematis. Bilangan merupakan inti sari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda
(number rules the universe = bilangan memerintah jagad raya). Pemikirannya
tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10
mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri, seperti Tuhan adalah bilangan
tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat. Pythagoraslah yang
mengatakan bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur,
sesuatu yang harmonis seperti dalam musik.
5.
Leukippos
Leukippos adalah pendasar aliran
atomisme. Ia beraal dari kota Miletos, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa ia
berasal dari kota Elea. Filusuf-filusuf atomis berpendapat bahwa rea;itas
seluruhnya bukanlah satu melainkan terdiri dari banyak unsur. Oleh karena itu
unsur-unsur itu diberi nama “atom” (atomos terdiri atas dua suku kata Yunani
yaitu a yang berarti tidak dan tomos yang berarti terbagi). Atom-atom itu
merupakan bagian-bagian materi yang begitu kecil sehingga mata tidak mampu
mengamatinya. Menurut Leukippos jumlah atom tidak terhingga, para atomis
menyangka bahwa atom-atom selalu bergerak ke semua jurusan dan para atomis
tidak merasa perlu untuk menunjukkan suatu penyebab khusus yang mengakibatkan
gerak itu. Bagi para atomis adanya ruang kosong sudah cukup sebagai syarat yang
memungkinkan gerak atom. Atom-atom mulai bergerak dengan gerak puting beliung,
makin lama makin banyak atom mengambil bagian dalam gerak itu. Leukippos
berpikir bahwa dengan cara ini banyak dunia ditimbulkan.
6.
Democritos
(460-370 SM)
Ia lahir di kota Abdera di pesisir
Thrake di Yunani Utara. Pemikirannya sama dengan pemikiran Leukippos bahwa
realitas bukanlah satu tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak
terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat kecil
sehingga indera tak mampu mengamatinya dan tidak dapat dibagi lagi. Unsur-unsur
tersebut dikatakan sebagai atom. Menurut pendapatnya atom-atom itu selalu
bergerak berarti harus ada ruang kosong sebab atom hanya dapat bergerak dan
menduduki satu tempat saja. Sehingga Democritos berpendapat bahwa realitas itu
ada yaitu: atom itu sendiri (yang penuh) dan ruang tempat atom bergerak (yang
kosong).
7.
Empedocles
(490-435 SM)
Lahir di Akragos pulau Sicilia.
Empedocles berpendapat bahwa alam semesta di dalamnya tidak ada hal yang
dilahirkan secara baru dan tidak ada hal yang hilang. Realitas tersusun oleh
empat unsur, yaitu api, udara, tanah, dan air kemudian empat unsur tersebut
digabungkan dengan unsur yang berlawanan sehingga penggabungan dari unsur-unsur
yang berlawanan tersebut akan menghasilkan satu benda dengan kekuatan yang
sama, tidak berunah walaupun dengan komposisi yang berbeda. Dia juga
berpendapat bahwa terdapat dua unsur yang mengatur perubahan-perubahan di alam
semesta ini yaitu cinta dan benci. Cinta mengatur ke arah penggabungan dan
benci mengatur ke arah perceraian dan perubahan. Dengan demikian, dalam
kejadian di alam semesta unsur cinta dan benci selalu menyertai. Proses
penggabungan dan perceraian tersebut juga berlaku untuk melahirkan
makhluk-makhluk hidup.
8.
Socrates
(469-399 SM)
Ia anak seorang
pemahat Sophroniscos dan ibunya bernama Phairnarete yang bekerja sebagai
seorang bidan. Isterinya bernama Xantipe yang dikenal sebagai seorang yang
judes (galak dan keras). Ia dari keluarga yang kaya dengan mendapatkan
pendidikan yang baik, kemudian ia menjadi perajurit Athena. Karena ia tidak
suka terhadap urusan politik, maka ia lebih senang memusatkan perhatiannya
kepada filsafat yang akhirnya ia dalam keadaan miskin. Ajarannya berisi bahwa
semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah
mapan dan menggucangkan keyakinan agama. Ia berpendapat bahwa tidak semua
kebenaran itu relatif, sebagian kebenaran memang relatif tetapi tidak semuanya.
Dia meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof berdasrkan
idea-idea raisional dan keahlian dalam pengetahuan.
9.
Plato
(427-347 SM)
Plato adalah pengikut Socrates yang taat
diantara para pengikutnya yang mempunyai pengaruh besar. Ia lahir di Athena
dengan nama asli Aristocles. Ia belajar filsafat dari Socrates, ibunya bernama
Periktione. Sebagai orang yang dilahirkan dalam lingkungan bangsawan ia
mendapatkan pendidikan yang baik dari seorang bangsawan bernama Pyrilampes.
Sejak anak-anak ia telah mengenal Socrates dan kemudian menjadi gurunya selama
8 tahun. Plato memperkuat pendapat Socrates dalam menghadapi kaum Sofis bahwa
kebenaran umum itu memang ada, bukan dibuat melainkan sudah ada di dalam idea.
Plato juga berpendapat bahwa selain kebenaran yang umum itu ada kebenaran yang
khusus yaitu kongkretisasi idea di alam ini.
10.
Aristoteles
(384-322 SM)
Ia dilahirkan di
Stageira Yunani Utara pada tahun 384 SM. Ayahnya adalah seorang dokter pribadi
raja Macedonia Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi
keahlian dalam penegtahuan empirisdari ayahnya. Pada usia 17 tahun ia dikirim
ke Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga
Plato meninggal. Dalam dunia filsafat, Aristoteles terkenal sebagai Bapak
Logika. Aristoteles dalam metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapai
kebenaran. Aristoteles percaya adanya Tuhan, bukti adanya Tuhan menurutnya
ialah Tuhan sebagai penyebab gerak. Tuhan menurut Aristoteles berhubungan
dengan dirinya sendiri, Tuhan dicapai dengan akal.
Sumber:
Jujun S. Suriasumantri.2003. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. Hal
34-35
Tidak ada komentar:
Posting Komentar