A.
Pengerian
filsafat Bahasa
Hadirnya filsafat bahasa dapat dikatakan sebagai suatu hal yang
baru. Filsafat bahasa muncul bersamaan
dengan kecenderungan filsafat abad ke-20 yang bersifat logosentris. Berikut ini adalah beberapa pandangan para
ahli mengenai filsafat bahasa. Verhaar
menunjukkan dua jalan yang dikandung dari filsafat bahasa, yakni 1)
filsafat mengenai bahasa dan 2) filsafat
berdasarkan bahasa.Verhaar memberikan dua pengertian “bahasa” yang dijadikan
titik pangkal untuk berfilsafat, yaitu bahasa yang diartikan eksklusif dan
bahasa yang diartikan inklusif.
Bahasa dalam pengertian eksklusif merupakan suatu pelukisan yang dapat dipakai
sebagai pedoman pengantar umum atas aliran “filsafat analitik” (analisis
bahasa) yang lahir di Inggris. Sedangkan
untuk bahasa yang diartikan sebagai “inklusif” merupakan bahasa yang ditujukan
untuk aliran hermeneutika. Menurut
Rizal Muntansyir, filsafat bahasa ialah suatu penyelidikan secara mendalam
terhadap bahasa yang dipergunakan dalam filsafat, sehingga dapat dibedakan
pernyataan filsafat yang mengandung makna (meaningfull) dengan yang tidak
bermakna (meaningless).
Asep Ahmat Hidayat berpendapat bahwa
pengertian filsafat perlu didekati dari dua pandangan, yaitu filsafat sebagai
sebuah ilmu dan filsafat sebagai sebuah metode.
Oleh karena itu, pengertian filsafat bahasa pun bisa didekati dari dari
dua pandangan tersebut. Jika pengertian
filsafat bahasa dilihat dari sebuah ilmu, maka filsafat bahasa adalah kumpulan
hasil pekiran para filosof mengenai hakikat bahasa yang disusun secara
sistematis untuk dipelajari dengan menggunakan metode tertentu. Sedangkan, jika diartikan sebagai sebuah
metode berpikir, ia bisa diartikan sebagai metode berpikir secara mendalam ,
logis dan universal mengenai hakikat bahasa.
B. Obyek Filsafat Bahasa
Kata
obyek dalam kamus besar bahasa Indonesia mengandung lima pengertian, yaitu :
1. Hal,
perkara atau orang yang menjadi pokok pembicaraan
2. Benda,
hal dan sebagainya yang menjadi obyek untuk diteliti.
3. Pelengkap
dalam kalimat
4. Hal
atau benda yang menjadi sasaran usaha sambilan
5. Bayangan
dari suatu sistem lensa
Dalam konteks ilmu pengetahuan , pengertian yang cocok dari
kata obyek adalah hal, benda atua perkara yang menjadi sasaran penelitian atau
studi.Biasanya obyek ilmu pengetahuanitu dibedakan menjadi dua, yaitu obyek
material (material object) dan obyek formal (formal object). Obyek material adalah
benda, hal atau bahan yang menjadi obyek, bidang atau sasaran penelitian. Misalnya manusia
merupakan obyek material dan ilmu psikologi, biologi, sosiologi dan
sejarah.Sedangkan benda mati, merupakan obyek material dan ilmu pengetahuan
alam (fisika, kimia dan astronomi). Sedangkan obyek formal ialah aspek atau
sudut pandang tertentu terhadap obyek materialnya.
C.
Metode
Mempelajari Filsafat Bahasa
Metode merupakan
kata dari bahasa Yunani, meta dan hodos.Meta berarti menuju, melalui, sesudah,
dan mengikuti.Sedang hodos berarticara, jalan atau arah.Dalam ilmu pengetahuan,
metode sering diartikan dengan jalan berpikir dalam bidang penelitian untuk
memperoleh pengetahuan, atau merupakan salah satu langkah dari seluruh prosedur
(methodology) penelitian tentang pengetahuan.
Terdapat lima metode yang dapat
digunakan untuk mempelajari filsafat bahasa. Kelima metode yaitu:
1. Metode
Historis
Metode historis atau metode sejarah
adalah suatu metode pengkajian filsafat yang didasarkan pada prinsip-prinsip
metode historigrafi yangf meliputiempat tahapan: heuristic, kritik,
intepretasi, dan historigrafi. Heuristic artinya penentuan sumber kajian.
Intepretasi artinya melakukan intepretasi terhadap isi sebuah sumber kajian
atau pemikiran seorang ahli filsafat mengenai pemikirannya disekitar bahasa.
Sedangkan historigrafi adalah tahapan penulisan dalam bentuk rangkaian cerita
sejarah. Dalam konteks ini adalah cerita sejarah filsafat bahasa
2. Metode
Sistemati
Metode sistematis
adalah metode pembahasan filsafat bahasa yang didasarkan pada pendekatan
material (isi pemikiran). Melalui metode ini, seseorang bisa mempelajari
filsafat bahasa mulai dari aspek ontologi filsafat bahasa, kemudian dilanjutkan
pada aspek epistemologi, dan akhirnya sampai pada pembahasan mengenai aspek
aksiologi filsafat bahasa.Selain itu melalui metode sistematis ini,seseorang
bisa juga mempelajari filsafat bahasa mulai dari salah satu aliran tertentu dan
selanjutnya mempelajari aliran lainnya. Misalnya, mempelajari aliran bahasa
(analitik), kemudian mempelajari aliran lainnya, seperti positifisme logis,
strukturalisme, post strukturalisme dan postmodernisme.
3. Metode
Kritis
Metode kritis digunakan oleh mereka yang
mempelajari filsafat tingkat intensif.Biasanya digunakan oleh mahasiswa tingkat
pasca sarjana. Bagi yang menggunakan metode ini haruslah sudah memiliki
pengetahuan filsafat. Mengkritik boleh jadi dengan menentang suatu pemikiran
atau bisa juga mendukung suatu pemikiran.Metode semacam ini telah dilakukanoleh
George Moore ketika mengkritisi filsafat hegalianisme (neo idealisme) di
Inggris dengan cara mengkritisi pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para
filsuf hegalianisme. Selanjutnya diteruskan oleh para peletak dasar aliran
analisa bahasa, seperti B. Russel dan Wittgestein.
4. Metode
Analisa Abstrak
Metode analisis abstrak yaitu dengan
cara melakukan kegiatan urai setiap fenomena kebahasaan dengan cara
memilah-milah.Selanjutnya dilakukan generalisir secara abstrak sesuai dengan
kaidah berfikir logis. Analisis dilakukan dengan cara memadukan analisis logis
deduksi dengan analisis induksi sebagaimana yang telah dilakukan B. Russel.
5.
Metode Intuitif
Metode intuitif yaitu dengan melakukan
introspeksi intuitif dan dengan memakai simbol-simbol. Metode ini telah lama
dipraktekkan oleh para ahli tasawuf (Islam) dan mengungkap hakikat kebahasaan
secara kasyaf. Di
dunia barat, tokoh yang telah mempraktekkan metode ini adalah Henry Bergson.
Sumber: Hidayat, Asep Ahmat. 2006. Filsafat
Bahasa, Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar