A.
Filsafat
Matematika
Matematika berasal dari bahasa Yunani:
mathematikos yaitu ilmu pasti, dari kata mathema atau mathesis yang berarti
ajaran, pengetahuan, atau ilmu pengetahuan. Istilah Matematika menurut bahasa
Latin (manthanein atau mathema) yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran. Filsafat
matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan
filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika
adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk
memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Bidang pengetahuan
yang disebut filsafat matematika adalah hasil pemikiran filsafati yang
sasarannya ialah matematika itu sendiri. Filsafat dan matematika sudah tidak
diragukan lagi bahwa sejak dulu sampai sekarang kedua bidang pengetahuan ini
sangat erat hubungannya.
Pendapat para ahli matematika dan para
filsuf mengenai apa itu filsafat matematika. Dapat diambil contoh dalam
perumusan dari 2 buku matematika dan 2 kamus filsafat yaitu sebagai berikut:
1.Filsafat
matematika dapat dilukiskan sebagai suatu sudut pandang dimana bagian dan kepingan matematika dapat disusun dan dipersatukan berdasarkan asas.
2. Suatu
filsafat matematika itu sama dengan penyusunan kumpulan pengetahuan matematika
yang kacau balau yang terhimpun selama berabad-abad yang diberi suatu makna
tertentu.
3. Penelaahan
konsep-konsep pembenaran terhadap asas-asas yang digunakan dalam matematika.
4. Penelaahan
tentang konsep-konsep dan sistem-sistem yang terdapat dalam matematika, dan
mengenai pembenaran terhadap pernyataan matematika.
Dewasa ini filsafat matematika merupakan
bidang pengetahuan yang sangat luas. Perincian problem-problem dan ruang
lingkup filsafat ilmu dalam penerapannya terhadap filsafat matematika dapat dan
perlu diterbitkan sehingga tercipta skema yang lebih sistematis dan
memungkinkan pembahasan selanjutnya yang lebih jelas. Perincian bidang filsafat
matematika yang dapat dikemukakan dan diharapkan lebih sistematis mencakup
beberapa bagian sebagai berikut :
a) Epistemologi
matematik
Epistemologi matematik adalah teori
pengetahuan yang sasaran penelaahannya ialah pengetahuan matematik.
Epistomologi sebagai salah satu bagian dari filsafat merupakan pemikiran
reflektif terhadap berbagai segi dari pengetahuan seperti kemungkinan,
asal-mula, sifat alami, batas-batas, asumsi dan landasan, validitas dan
reliabilitas sampai kebenaran pengetahuan. Dengan demikian landasan matematik
merupakan pokok soal utama dari epistemologi matematik.
b) Ontologi
matematik
Ontologi pada akhir-akhir ini dipandang
sebagai teori mengenai apa yang ada. Hubungan antara pandangan ontologis (atau
metafisis) dengan matematik cukup banyak menimbulkan persoalan-persoalan yang
dibahas oleh sebagian filsuf matematik. Dalam ontologi matematik dipersoalkan
cakupan dari pernyataan matematik (cakupannya suatu dunia yang nyata atau
bukan). Pandangan realisme empirik menjawab bahwa cakupan termaksud merupakan
suatu realitas. Eksistensi dari entitas-entitas matematik juga menjadi bahan
pemikiran filsafati. Terhadap problim filsafati ini pandangan Platonisme
menjawab bahwa titik dan garis yang sesungguhnya terdapat dalam dunia
transenden yang kini hanya diingat oleh jiwa manusia di dunia ini, sedang
konsepsi Aristotelianisme mengemukakan bahwa entitas-entitas itu sungguh ada
dalam dunia empirik tetapi harus disuling dengan abstraksi. Suatu hal lagi yang
merupakan problim yang bertalian ialah apakah matematik ditemukan oleh manusia
atau diciptakan oleh budinya. Pendapat yang menganggap matematik sebagai suatu
penemuan mengandung arti bahwa aksioma-aksioma matematik merupakan kebenaran
mesti (necessary truth) yang sudah lebih dulu di luar pengaruh manusia.
c) Aksiologi
matematik
Aksiologi matematika terdiri dari etika
yang membahas aspek kebenaran, tanggung jawab dan peran matematika dalam
kehidupan, dan estetika yang membahas mengenai keindahan matematika dan
implikasinya pada kehidupan yang bisa mempengaruhi aspek-aspek lain terutama
seni dan budaya dalam kehidupan. Aksiologi matematika sangat banyak memberikan
kontribusi perubahan bagi kehidupan umat manusia di jagat raya nan fana ini.
Segala sesuatu ilmu di dunia ini tidak bisa lepas dari pengaruh matematika.
Dari segi tehnis, matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam
kemajuan teknologi. Dengan matematika, peradaban manusia berkembang dari
peradaban yang sederhana dan bersahaja menjadi peradaban modern yang bercorak
ilmiah dan tehnologis.
B.
Pendidikan
Matematika
Pendidikan matematika, yang dalam
konteks ini disebut dengan matematika sekolah adalah matematika yang umumnya
diajarkan di jenjang pendidikan formal dari SD sampai dengan tingkat SMA. Tidak
termasuk tingkat perguruan tinggi karena di perguruan tinggi matematika
didefinisikan dalam konteks matematika sebagai ilmu (matematika murni).
Tujuan pendidikan matematika hendaknya
mencakup keadilan sosial melalui pengembangan demokrasi pemikiran kritis dalam
matematika. Siswa seharusnya mengembangkan kemampuan yang mereka miliki untuk
menganalisis masalah matematika. Pendidikan matematika hendaknya dapat
menguatkan siswa, hal ini berarti siswa berfikir matematika dalam kehidupan
sehari-hari serta mampu menggunakannya sebagai praktik penerapan matematika.
Kemampuan siswa yang ditumbuhkan dalam
mempelajari matematika terutama matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian
matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan
membentuk pribadi serta berpandu kepada perkembangan IPTEK. Bagian-bagian
tersebut terdiri dari objek-objek pembelajaran matematika sekolah baik berupa
objek langsung maupun objek tak langsung. Adapun objek langsung pembelajaran
matematika sekolah terdiri atas empat hal, yaitu fakta, konsep, prinsip, dan
keterampilan. Dan objek tak langsungnya antara lain adalah disiplin diri,
kemahiran matematika, apresiasi terhadap matematika, dan berpikir secara
matematika, yaitu logis, rasional, dan eksak.
Pendidikan matematika mempersoalkan
permasalahan permasalahan sebagai berikut:
1. Sifat-sifat
dasar matematika
2. Sejarah
matematika
3. Psikologi
belajar matematika
4. Teori
mengajar matematika
5. Psikologis
anak dalam kaitannya dengan pertumbuhan konsep matemati
6. Pengembangan
kurikulum matematika sekolah
7. Penerapan
kurikulum matematika di sekolah
C.
Karakteristik
Matematika
Ø Karakteristik Katemarika diantaranya sebagai berikut:
1.
Objek kajian matematika
sebagai ilmu seluruhnya abstrak. Sementara dalam pendidikan matematika, seorang
guru harus berusaha untuk “mengurangi” sifat keabstrakan matematika sehingga
memudahkan siswa dalam memahami kajian matematika tersebut (materi pelajaran
matematika di sekolah). Dalam pendidikan matematika, semakin tinggi jenjang
sekolahnya, akan semakin tinggi tingkat keabstrakan.
2.
Pembuktian matematika
harus berdasarkan penalaran deduktif karena jika berlaku untuk n=1 dan dianggap
benar untuk n=k (k bilangan asli), maka akan terbukti untuk n=k+1. Matematika
sebagai ilmu tidak menolak generalisasi secara induktif, intuisi, atau bahkan
trial and error asalkan pada kesimpulan akhirnya dapat diorganisasikan dengan
pembuktian secara deduktif. Sementara itu, pada pendidikan matematika masih
harus menyesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa. Artinya di pendidikan
matematika masih memerlukan pola pikir induktif sebagai penunjang yang secara
bertahap pada akhirnya akan mengarah ke pola pikir deduktif.
3. Dalam pembelajaran
matematika konsistensi sangat diperlukan. Konsistensi juga diperlukan dalam hal
istilah atau nama objek dalam matematika yang digunakan. Tidak dibenarkan
adanya kontradiksi baik dalam sifat, konsep, dan teorema tertentu yang
digunakan.
4. Seperti halnya dalam
matematika sebagai ilmu, dalam pembelajaran matematika kesepakatan harus
dipatuhi. Kesepakatan juga berlaku dalam hal istilah atau nama objek matematika
yang digunakan.
5. Simbol matematika tidak
memperhatikan tingkatan tetapi pada pendidikan matematika mengenalkan simbol
matematika dari tingkat dasar sampai tingkat atas, penggunaan dari simbol itu
disesuaikan dengan tingkat kognitif siswa (menyesuaikan semesta pembicaraan
simbol tersebut).
6. Penyederhanaan konsep
matematika yang kompleks sangat memperhatikan semesta pembicaraannya.
Memperluas dan meningkatkan semesta pembicaraan matematika dalam pendidikan
matematika sekaligus membedakan tingkat atau jenjang sekolah. Artinya
pembatasan ruang lingkup kajian matematika dalam pendidikan matematika di mulai
dati TK yang sering disebut “matematika permulaan”, meningkat dan sedikit meluas ke tingkat SD
kelas 1, kelas 2, dan seterusnya sampai SMA sehingga semesta matematika memang
dibatasi untuk pendidikan matematika sekaligus membedakan jenjang sekolah.
Filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu,
maka penerapan filsafat dalam pembelajaran
di sekolah menjadi salah satu hal yang menarik perhatian. Karena biasanya
filsafat hanya ada di perguruan tinggi, namun pada zaman sekarang filsafat juga
ada di sekolah. Walaupun hanya sebagai pelengkap dalam pembelajaran, namun
filsafat memberikan pengaruh yang besar dalam pembelajaran di sekolah. Filsafat
adalah kegiatan berpikir, sehingga dalam setiap pembelajaran siswa melakukan
kegiatan filsafat.
Dengan penerapan filsafat dalam
pembelajaran di sekolah, maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan
efektif dan efisien. Filsafat memberikan keuntungan bagi guru dan juga siswa.
Bagi guru, dengan adanya pelajaran filsafat, maka guru akan lebih memahami
karakter dari siswa-siswanya. Belajar filsafat adalah berpikir, sehingga guru
dapat mengetahui sejauh mana pola pikir siswa-siswanya dalam memahami
matematika. Pada pelajaran filsafat, pendidikan karakter juga tercakup di
dalamnya. Pendidikan karakter meliputi material, formal, normatif dan
spiritual. Dan dalam pembelajaran di sekolah, keempat faktor tersebut merupakan
salah satu peran filsafat dalam pembelajaran di sekolah.
Sumber: The
liang Gei. 1985. Filasafat Matematika.Yogyakarta: Supertoteles miftakhul jannah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar