Pengetahuanotu
diperoleh manusia melalui berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Menurut
Ahmad Tafsir (2005:24-25) ada beberapa aliran yang mengkaji tentang cara
memperoleh pengetahuan tersebut, antara lain sebagai berikut:
1.
Aliran
Empirisme
Kata empirisme berasal daru kata
Yunani "empirikkos" yang berarti pengalaman. Menurut aliran ini
manusia memeroleh pengetahuan melalui pengalamanbya. Pengalaman yang dimaksud
adalah pengalaman inderawi. Sebagai contoh, manusia tahu garam itu asin karena
ia mencicipinya. Salah satu tokoh aliran empirisme ini adalah John Locke
(1632-1704), namun karena pengalamanlah memperoleh pengetahuan.
Sesuatu yang tidak dapat diamati dengab indera bukanlah pengetaguan yang benar.
Pengalaman indera itulah sumber pengetaguan yang benar.
2.
Aliran
Rasionalisme
Aliran rasionalisme
mengajarkan bahwa melalui akalnya manusia dapat memperoleh pengetahuan. Pengetahuan
yang benar diperoleh
dan diukur dengan akal. Tokoh yang paling terkenal dalam aliran ini adalah Rene Descartes, yang
hidup pada tahun 1596 sampai 1650. Aliran rasionalisme menegaskan bahwa untuk
sampainya manusai kepada kebenaran adalah semata-mata dwngan akalnya. Namun
semikian, aliran rasionalisme juga tidak mengingkari kegunaan indera dalam
memperoleh pengetahuan.Pengetahuan indera diperlukan untuk merangsang akal dan
memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja.
3.
Aliran
Positivisme
Aliran positivisme ini
lahir sebagai penyimbang pertentangan yang terjadi antara aliran empirisme dan
aliran rasionalisme. Aliran
psitivisme ini lahir berusah menyempurnakan aliran empirisme dan rasionalisme,
dengan cara memasukkan perlunya eksperimen dan
ukuran-ukuran. Tokoh yang tergolong dalam aliran positivisme ini adalah August Comte
(1798-1857). Comte berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memeperoleh
pengetahuan, tetapi harus
dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.
4.
Aliran
Intuisionisme
Tokoh aliran intuisionisme ini
adalah Henri Bergson (1857-1941). Ia
berkeyakinan bahwa akal dan indera memiliki keterbatasan. Karena menurutnya,
objek-objek yang kita tangkapbitu adlah objek yang selalu berubah. Jadi,
pengetahuan yang telh dimiliki manusia tidak pernah tetap. Demukian halnya
akal, akal hanya dapat memahami suatu obgjek bila ia mengonsentrasikan dirinya
pada objek itu. Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal seperti tersebut
dia atas, Gergson mengembangkan satu kemampuan
tingkat tinggi yang memiliki manusia, yaitu intuisi. Intuisi ini adalah hasil
memerlukan suatu usaha. Usaha inilah yang dapat memahamu kebenaran yangbutuh,
yang tetap. Intuisi ini manangkap objek secara langsung tanpa
melaluibpemikitan.
Sumber: Susanto, A. 2011. Fisafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar