Selasa, 27 Desember 2016

Aliran-Aliran Teori Pengetahuan



Pengetahuanotu diperoleh manusia melalui berbagai cara dan menggunakan berbagai alat. Menurut Ahmad Tafsir (2005:24-25) ada beberapa aliran yang mengkaji tentang cara memperoleh pengetahuan tersebut, antara lain sebagai berikut:

1.    Aliran Empirisme
Kata empirisme berasal daru kata Yunani "empirikkos" yang berarti pengalaman. Menurut aliran ini manusia memeroleh pengetahuan melalui pengalamanbya. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi. Sebagai contoh, manusia tahu garam itu asin karena ia mencicipinya. Salah satu tokoh aliran empirisme ini adalah John Locke (1632-1704), namun karena pengalamanlah memperoleh pengetahuan. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengab indera bukanlah pengetaguan yang benar. Pengalaman indera itulah sumber pengetaguan yang benar.
2.    Aliran Rasionalisme
Aliran rasionalisme mengajarkan bahwa melalui akalnya manusia dapat memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Tokoh yang paling terkenal dalam aliran ini adalah Rene Descartes, yang hidup pada tahun 1596 sampai 1650. Aliran rasionalisme menegaskan bahwa untuk sampainya manusai kepada kebenaran adalah semata-mata dwngan akalnya. Namun semikian, aliran rasionalisme juga tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan.Pengetahuan indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja.
3.    Aliran Positivisme
Aliran positivisme ini lahir sebagai penyimbang pertentangan yang terjadi antara aliran empirisme dan aliran rasionalisme. Aliran psitivisme ini lahir berusah menyempurnakan aliran empirisme dan rasionalisme, dengan cara memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Tokoh yang tergolong dalam aliran positivisme ini adalah August Comte (1798-1857). Comte berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memeperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.
4.    Aliran Intuisionisme
Tokoh aliran intuisionisme ini adalah Henri Bergson (1857-1941). Ia berkeyakinan bahwa akal dan indera memiliki keterbatasan. Karena menurutnya, objek-objek yang kita tangkapbitu adlah objek yang selalu berubah. Jadi, pengetahuan yang telh dimiliki manusia tidak pernah tetap. Demukian halnya akal, akal hanya dapat memahami suatu obgjek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu. Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal seperti tersebut dia atas, Gergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang memiliki manusia, yaitu intuisi. Intuisi ini adalah hasil memerlukan suatu usaha. Usaha inilah yang dapat memahamu kebenaran yangbutuh, yang tetap. Intuisi ini manangkap objek secara langsung tanpa melaluibpemikitan.

            Sumber: Susanto, A. 2011. Fisafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar