Kamis, 29 Desember 2016

Jalinan Antara Ilmu, Filsafat, dan Agama



1.    Jalinan Filsafat dengan Agama
Terdapat beberapa asumsi berkaitan dengan jalinan filsafat dengan agama. Asumsi tersebut didasarkan dengan anggapan manusia sebagai makhluk budaya. Asumsi pertama, manusia sebagai makhlujk budaya mampu berspekulasi dan berteori filsafat yang akan menentukan kebudayaannya., bahkan sampai dasar dan jujur mengakui kenyataan Tuhan dan ajaran agama.

Asumsi kedua dinyatakan oleh Dewey dalam Saifullah (1983: 95) yaitu meliorisme yang maksudnya adalah bahwa dunia kita ini diciptakan oleh Tuhan sebagai suatu yang potensi dapat diperbaiki, diperindah dan diperkaya, sehingga hidup dan penghidupan ini lebih dapat meningkat nilai harganya untuk dihidupi dan dinikmati. Selanjutnya Saifullah (1983:104) memberikan ikhtisar dalam bagan yang lebih terperinci mengenai perbandingan jalinan agama dengan filsafat, yang dalam intinya adalah sebagai berikut:
a.  Agama adalah unsur mutlak dan sumber kebudayaan, sedangkan filsafat adalah salah satu unsur kebudayaan
b.   Agama adalah ciptanya Tuhan, sedangkan filsafat hasil spekulasi manusi
c. Agama adalah sumber-sumber asumsi dari filsafat dan ilmu pengetahuan (science), dengan filsafat menguji asumsi-asumsi science
d. Agama mendahulukan kepercayaan darpada pemikiran, sedangkan filsafat mempercayai sepenuhnya kekuatan daya pemikiran
e. Agama mempercayai akan adanya kebenaran dan kenyataan dogma-dogma agama, sedangkan filsafat tidak mengakui digma-dogma sebagai kenyataan tentang kebenaran.
Dengan memerhatikan spesifikasi dan sifat-sifat dia atas, terlihat jelas bahwa peran agama terhadap filsafat ialah meluruskan filsafat yang spekulatif kepada kebenaran mutlak yang ada pada agama. Sedangkan perna filsafat terhadap agama ualah membantu keyakinan manusia terhadap kebenaran mutlak itu dengan pemikiran yang kritis dan logis. Hal ini didukung pernyataan yang menyatakan bahwa filsafat yang sejati haruslah berdasarkan agama, malahan filsafat uang sejati itu adalah terkandung dalam agama (Hamzah Abbas, 1981:29).
2.    Jalinan Filsafat dengan Ilmu
Filsafat berbicara tentang ilmu, begitulah Kattsoff (1996:105) mengutarakan jalinan filsafat dengan ilmu. Bahasa yang dipakai dalam filsafat  berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan bukannya di dalamnya ilmu. Untuk mencari jalinan antara filsafat dengan ilmu, maka kita akan melihat terlwbih dahulu pengertian ilmu dan filsafat itu. Poedjawiyatna yang dikutif oleh Hamzah Abbas (1981: 14) memberikan batasan pengertian tentang ilmu sebagai berikut: " ilmu adalah pengetahuan yang sadar menuntutnya kebenaran yang bermetodos, bersisten, dan berlaku universal.
Sementara itu, Saifullah (1983:48) memberikan kesimpulan umum bahwa pada dasarnya filsafat tidak lain adalah hasil pemikiran manusia, hasil spekulasi manusia betapa pun tidak sempurnanya daya kemampuan pikiran  manusia. Antara filsafat dan ilmu memiliki persamaan, dalm hal bahwa kedunya merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berpikir filosofi, spekulatif, dan empiris ilmiah. Perbedaan antara keduanya, terutama untuk filsafat menentukanntujuan hidup dannilmu menentukan sarana untuk hidup. Karenanya, filsafat inilah kemudian disebut sebagaibinduknya ilmu pengetahuan. Pernyataan tersebut didasarkan atas perbedaan sebagai berikut:
a. Mengenai lapangan pembahasan. Lapangan ilmu pengetahuan mempunyai daerah-daerah tertentu, yaitu alam dengan segala kejadiannya. Sedangkn lapangan pembahasa  filsafat adalah tentang hakikat yang umum dan luas.
b. Mengenai tujuannya. Tujuan ilmu pengetahuan adalah berusaha menentukan sifat-sifat dari kejadian alam yang di dalamnya mengetahui tentang asal usul manusia, hubungan manusia dengan alam semesta dan bagaimana akhirnya (hari kemudiannya).
c. Mengenai cara pembahasannya. Filsafat dalam pembahasannya tidak mempergunakan percobaan-percobaan serta penyelidiki panca indera, tetapi pembahasan penyelidikinya mempergunakan pikiran dan akal. Sedangkan ilmu pengetahuan dalamnpembahasan dan penyelidikannya mempergunakan panca indera dan percobaan-percobaan.
d. Mengenai kesimpulan. Ilmu pengetahuan dalam menentukan kesimpulan-kesimpulannya dapat diterapkan dengan dalil-dalil yakin yang didasarkan pada penglihatan dan oercobaan-percobaan. Sebaliknya, filsafat dalam menentukan kesimpulan tidak memberi kauakinan mutlak, sebagai keaimpulan selalu mengandung keraguan yang mengakibatkan perbedaan-perbedaan pendapat di antara ahli-ahli filsafat, serta jauh dari kepastian, kerja sama, serta keyakinan.

Sumber: Susanto, A. 2011. Fisafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara


Tidak ada komentar:

Posting Komentar