Sabtu, 31 Desember 2016

Metode Filsafat



Bagaimana seorang filosof (ahli pikir) bekerja?
Pertanyaan tersebut mungkin pernah terbesit dalam hati kita, jawaban dari pertanyaan tersebut sangatlah mudah. Bekerjanya seorang filosof mungkin sama dengan cara bekerjanya sebuah pabrik, bekerjanya seorang filosof adalah berfikir, yaitu mengadakan kegiatan kefilsafatan, sedangkan bekerjanya sebuah pabrik adalah menghasilkan proses produksi.

Perlu kita ketahui bahwa isi filsafat amatlah luas, luasnya itu pertama disebabkan oleh luasnya objek penelitian filsafat. Kedua filsafat adalah cabang pengetahuan tertua. Dan ketiga adalah filasfat tidak ada yang ketinggalan zaman, filsafat selalu mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern ini.
Dalam bidang filsafat terdapat beberapa metode. Metode berasal dari kata meta-hodos, artinya menuju, melalui cara, jalan. Metode sering diartikan sebagai jalan berikir dalam bidang keilmuan.
Ada banyak macam-macam metode dalam filsafat tetapi kita akan membahas tiga macam  metode dalam bidang filsafat, yaitu :
1.    Metode dialog
Metode dialog adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari serangkaian pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa mampu / dapat menemukan jawabannya, saling membantu dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Secara historis sokrates banyak bergulat soal isu-isu yang terkait dengan kehidupan manusia yang mempertanyakan soal-soal yang terkait dengan kebaikan, moral, dan keadilan. Dalam proses belajar-mengajar metode ini sangat baik digunakan dimana secara teknis dalam bangku perkuliahan misalnya seorang dosen melontarkan sebuah pertanyaan atau topik secara diam-diam (kejutan) tanpa diketahui mahasiswa sebelumnya, sehingga mahasiswa dituntut untuk berani, percaya diri, berpartisipasi secara aktif dan kritis dalam menanggapi topik tersebut. Elemen kejutan memberikan insentif yang kuat bagi mahasiswa untuk memenuhi tanggung jawab dan juga mendorong untuk mempersiapkan kelas, yang akan memungkinkan mereka untuk belajar lebih banyak terlebih dahulu.Tujuan dari metode socrates ini adalah merangsang mahasiswa untuk menganalisis suatu masalah dengan sebuah analogi dan berpikir kritis tentang suatu argumen. Metode ini juga membantu mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan penalaran serta menanamkan pada siswa kebiasaan ketat dan analisis kritis argumen-argumen yang mereka dengar secara tegas dan persuasif, serta praktek menilai dan merevisi ide-ide mereka sendiri dan pendekatan dalam terang informasi baru atau penalaran yang berbeda.
2.       Metode spekulatif
 Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistimais tentang segala yang ada. Mengapa mereka menggunakan cara berpikir cara demikian? Mengapa mereka tidak mencari kandungan yang tersurat, seperti halnya ahli sains mempelajari aspek khusus realita? Jawaban-nya adalah bahwa jiwa manusia ingin meliha segala sesuatu sebagai sesuatu keseluruhan. Mereka ingin memahami bagaimana menemukan totalitas yang bermakna dari realitas yang berbeda dan beraneka ragam.
Filsafat spekulatif tergolong filsafat tradisional. Dalam hal ini filsafat dianggap sebagai sesuatu bangunan pengetahuan (body of knowledge). Filsafat Yunani kuno, seperti filsafat Socrates, Plato, Aristoteles, dan filsafat lainnya, dapat dijadikan paradigma bagi seluruh filsafat spekulatif. Filsafat spekulaitf merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan manusia dalam hubungannya dengan segala yang ada pada jagat raya ini. Filsafat berusaha untuk menjawab suluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia : eksisitensinya, fitrahnya di alam semesta ini, dan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan supernatural. Filsafat spekulatif memiliki rasa kebebasan untuk membicarakan apa saja yang ia sukai. Mereka berasumsi bahwa manusia memiliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi, sehingga Aritoteles sendiri mengemukakan bahwa manusia merupakan : animal rationale. Dengan penalaran intelektualnya, mereka berusha membangun pemikiran tentang manusia dan masyarak
3.    Metode Deduktif dan Induktif
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara penanganan terhadap sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang bersifat umum, sedangkan induktif adalah dari kesimpulan yang bersifat khusus ke pernyataan yang bersifat umu.
4.    Metode Analitis
Analisa berarti perincian atau pemerian. Jadi, menganalisa sesuatu tidak lain adalah memerinci atau memerikan sesuatu. Menganalisa suatu kata/istilah dengan maksud untuk menyingkapkan makna dari kata itu. Makna baru bisa saja terungkap karena proses pemerian atau perincian istilah itu.
5.    Metode Sistimatis
Metode ini mencari arti serta maksud dari kodrat manusia yaitu bagaimana manusia karena kodratnya akan penyelidikan yang biasanya disebut filsafat itu lalu dicari akibat-akibatnya.
6.    Metode Krtitis
     Metode kritis merupakan analisis istilah dan pendapat dalam proses dialog dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut fenomena sosial atau fenomena alam. Metode kritis merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan, dan memperlihatkan pertentangan dalam dialog. Dengan jalan bertanya atau berdialog secara kritis, seseorang dapat membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak sesuatu dan akhirnya ditemukan hakikat dari sesuatu. Disebut metode kritis karena manusia dituntut untuk terus mempertanyatakan (mengkritisi) segala sesuatu yang disaksikan, dirasakan dengan bertanya dan berdialog antar individu dalam proses kehidupannya.

Bakti, Hasan. 2005. Filsafat Umum. Bandung: Ciptapustaka Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar