Bagaimana
seorang filosof (ahli pikir) bekerja?
Pertanyaan
tersebut mungkin pernah terbesit dalam hati kita, jawaban dari pertanyaan tersebut sangatlah mudah.
Bekerjanya seorang filosof mungkin sama dengan cara bekerjanya sebuah pabrik, bekerjanya seorang filosof adalah
berfikir, yaitu mengadakan kegiatan kefilsafatan, sedangkan bekerjanya sebuah
pabrik adalah menghasilkan proses produksi.
Perlu
kita ketahui bahwa isi filsafat amatlah luas, luasnya itu pertama disebabkan
oleh luasnya objek penelitian filsafat. Kedua filsafat adalah cabang
pengetahuan tertua. Dan ketiga adalah filasfat tidak ada yang ketinggalan
zaman, filsafat selalu mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern ini.
Dalam bidang filsafat terdapat beberapa metode. Metode
berasal dari kata meta-hodos, artinya menuju, melalui cara, jalan. Metode
sering diartikan sebagai jalan berikir dalam bidang keilmuan.
Ada banyak macam-macam metode dalam filsafat tetapi kita
akan membahas tiga macam metode dalam bidang filsafat, yaitu :
1.
Metode
dialog
Metode
dialog adalah suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan
percakapan, perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling
berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari serangkaian
pertanyaan-pertanyaan itu diharapkan siswa mampu / dapat menemukan jawabannya, saling
membantu dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
Secara historis sokrates banyak bergulat soal isu-isu yang terkait dengan
kehidupan manusia yang mempertanyakan soal-soal yang terkait dengan kebaikan,
moral, dan keadilan. Dalam proses belajar-mengajar metode ini sangat baik
digunakan dimana secara teknis dalam bangku perkuliahan misalnya seorang dosen
melontarkan sebuah pertanyaan atau topik secara diam-diam (kejutan) tanpa
diketahui mahasiswa sebelumnya, sehingga mahasiswa dituntut untuk berani,
percaya diri, berpartisipasi secara aktif dan kritis dalam menanggapi topik
tersebut. Elemen kejutan memberikan insentif yang kuat bagi mahasiswa untuk memenuhi
tanggung jawab dan juga mendorong untuk mempersiapkan kelas, yang akan
memungkinkan mereka untuk belajar lebih banyak terlebih dahulu.Tujuan dari
metode socrates ini adalah merangsang mahasiswa untuk menganalisis suatu
masalah dengan sebuah analogi dan berpikir kritis tentang suatu argumen. Metode
ini juga membantu mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan penalaran serta
menanamkan pada siswa kebiasaan ketat dan analisis kritis argumen-argumen yang
mereka dengar secara tegas dan persuasif, serta praktek menilai dan merevisi
ide-ide mereka sendiri dan pendekatan dalam terang informasi baru atau
penalaran yang berbeda.
2. Metode spekulatif
Filsafat
spekulatif adalah cara berpikir sistimais tentang segala yang ada. Mengapa
mereka menggunakan cara berpikir cara demikian? Mengapa mereka tidak mencari
kandungan yang tersurat, seperti halnya ahli sains mempelajari aspek khusus
realita? Jawaban-nya adalah bahwa jiwa manusia ingin meliha segala sesuatu
sebagai sesuatu keseluruhan. Mereka ingin memahami bagaimana menemukan
totalitas yang bermakna dari realitas yang berbeda dan beraneka ragam.
Filsafat
spekulatif tergolong filsafat tradisional. Dalam hal ini filsafat dianggap
sebagai sesuatu bangunan pengetahuan (body of knowledge). Filsafat Yunani kuno,
seperti filsafat Socrates, Plato, Aristoteles, dan filsafat lainnya, dapat
dijadikan paradigma bagi seluruh filsafat spekulatif. Filsafat spekulaitf
merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan manusia dalam
hubungannya dengan segala yang ada pada jagat raya ini. Filsafat berusaha untuk
menjawab suluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia : eksisitensinya,
fitrahnya di alam semesta ini, dan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan
supernatural. Filsafat spekulatif memiliki rasa kebebasan untuk membicarakan
apa saja yang ia sukai. Mereka berasumsi bahwa manusia memiliki kekuatan
intelektual yang sangat tinggi, sehingga Aritoteles sendiri mengemukakan bahwa
manusia merupakan : animal rationale. Dengan penalaran intelektualnya, mereka
berusha membangun pemikiran tentang manusia dan masyarak
3.
Metode
Deduktif dan Induktif
Deduksi adalah
cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus, selain itu metode deduksi ialah cara penanganan terhadap
sesuatu objek tertentu dengan jalan menarik kesimpulan mengenai hal-hal yang
bersifat umum, sedangkan induktif adalah dari kesimpulan yang bersifat khusus
ke pernyataan yang bersifat umu.
4.
Metode
Analitis
Analisa berarti
perincian atau pemerian. Jadi, menganalisa sesuatu tidak lain adalah memerinci
atau memerikan sesuatu. Menganalisa suatu kata/istilah dengan maksud untuk
menyingkapkan makna dari kata itu. Makna baru bisa saja terungkap karena proses
pemerian atau perincian istilah itu.
5.
Metode
Sistimatis
Metode ini
mencari arti serta maksud dari kodrat manusia yaitu bagaimana manusia karena
kodratnya akan penyelidikan yang biasanya disebut filsafat itu lalu dicari
akibat-akibatnya.
6.
Metode
Krtitis
Metode kritis merupakan analisis istilah dan pendapat
dalam proses dialog dalam kehidupan sehari-hari, baik menyangkut fenomena
sosial atau fenomena alam. Metode
kritis merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan, dan memperlihatkan
pertentangan dalam dialog. Dengan jalan bertanya atau berdialog secara kritis,
seseorang dapat membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak sesuatu dan
akhirnya ditemukan hakikat dari sesuatu. Disebut
metode kritis karena manusia dituntut untuk terus mempertanyatakan
(mengkritisi) segala sesuatu yang disaksikan, dirasakan dengan bertanya dan
berdialog antar individu dalam proses kehidupannya.
Bakti, Hasan. 2005. Filsafat Umum.
Bandung:
Ciptapustaka Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar