Salah satu
peristiwa penting dan masa pemerintahan Pangeran Muhammad ialah kedatangan -
kapal-kapal Belanda pada tahun 1596 yang berlabuh dipelabuhan Banten dipimpin
oleh Cornelis de Houtman. Dan merekalah kita mendapat catatan-catatan tertulis
yang sangat berharga tentang Banten. Dan catatan Jan Jansz Kaerel tertanggal 6
Agustus 1596 disebutkan bahwa kapal-kapal asing yang benlabuh di pelabuhan
Banten harus mendapat ijin Shyahbandar. Untuk masuk ke kota Banten dan
pelabuhan terlebih dahulu harus melalui “‘tolhuis” atau kios pungut pajak. Dan gambar kota Banten
tahun 1596 dapat dilihat bahwa dekat pasarjuga terdapat mesjid. Kota Banten
sebagai ibukota kerajaan sudah mempunyai pagar tembok dan batu bata, yang
berfungsi sebagai pagar tembok keliling kota. Tentang pasar sebagai pusat
perekonomian dapat dibaca catatan dan Willem Lodewiycksz yang menggambarkan
keadaan pasar Banten.
Barang
perdagangan yang ada di pasar Banten terdiri dan barang-barang dan dalam dan
luar negeri seperti sutera, beludru, porselin, sedangkan barang-barang dan
daerah selempat ad&ah barang-barang untuk keperluan sehari-hari seperti
buah-buahan, sayuran, cabe, gula, madu, gambir, bambu, kenis, lombak dan
lain-lain. Untuk
jual beli di pasar atau dalam transaksi perdagangan di Banten sudah digunakan
mata uang sebagai alat pembayaran. Ketika Tome Pires (1513) mengunjungi
beberapa pelabuhan di Jawa mata uang yang dipakai sebagai alat tukar adalah
mata uang Cina yaitu Casha (Caxa). Namun dapat juga disebutkan bahwa mata uang
lersebut pada abad XVI merupakan alat tukar yang utama dalam perdagangan di
Banten. Hal terseout telah membuktikan bahwa Banten pada waktu itu telah
mendapat perhatian dan pedagang-pedagang internasional atau asing.
Mulai abad
XVII kondisi social politik Banten
ditandai adanya pengaruh Belanda dalam
kehidupan tata pemenintahan dan perdagangan dikalangan kerajaan, sehinga abad
ini merupakan puncak kemaj uan kerajaan. Catatan mengenai kota
Banten pada abad XVII dapat kita peroleh dan berbagai sumber. Di sebut bahwa
pada tahun 1664 Banten sudah dikelilingi oleh tembok kuat yang terbual dan bata
dan bermeniam, Pada masa pemenintahan Sultan Abu Nash Abdul Qahhar dihenti
benteng sekeliling. Berdasarkan catatan Belanda, benteng ini dibuat oleh
Hendrik Lucaszoon Carded. Di mana iajuga membangun menara dan gedung tiyamah
dipelataran halaman Mesjid Agung.
Pada abad XVII,
Banten telah mendapat kemajuan dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Banyak
orang asing terutama orang Asia, melakukan hubungan dagang dengan kerajaan
Banten. Orang Gujarat merupakan penghuhung antara pedagang asing dengan
penguasa kerajaan. Pada waktu itu di Banten terdapat barang-barang mewah yang
diperdagangkan hal tersebut menandakan bahwa tingkat konsumsi dan masyarakat
Banten cukup tinggi. Setiap tahunnya
banyak pedagang-pedagang Cina yang berlabuh di Banten. Kebanyakan dan mereka
menukankan barang dagangan meneka dengan lada. Hal ini telah membuktikan bahwa
Banten telah ramai dikunjungi orang asing.
Pada abad 18
rakyat Banten tidak mau bekerja sama dengan Belanda sehingga banyak
pemimpin-pemimpin di Banten bangkit melawan Belanda. Terutama ketika Banten
diperintah oleh Sultan Fathi Muhammad Zainul Arifin banyak sekali terjadi
penlawanan. Hal tersebut sebagai pengaruh kebijaksanaan Belanda yang sangat
menekan Rakyat Banten, misalnya seperti kerja paksa, dan lain-lain. Akibat dan
ini, maka pada tahun 1735 Sultan Fathi Muhamammad Zainul Arifin ditangkap dan
dibuang ke Ambon. Setelah ini kerajaan dipenntah oleh Sultan Wasi Zainul Alimin
yang hanya memenintah selama satu tahun dan kemudian digantikan oleh Sultan
Muhammad Arif Zainul Asikin yang memerintah sampai tahun 1773. Selanjutnya
diteruskan oleh Sultan lshak Zainul Muttaqin, Kemudian pada masa pemerintahan
Sultan Muhammad Syafiuddin penduduk dipaksa bekerja utuk membangun sebuah
pelabuhan besar di Labuhan. Proyek ini banyak memakan korban jiwa. Sultan
Muhammad Syariuddin merasa prihatin atas keadian tersebut, ia tidak ingin
mengorbankan rakyatnya dan kemudian langsung menyuruh menghentikan proyek
tersebut. Keadaan yang demikian mengakibatkan Daendels menjadi marah dan
memerintahkan Du Puy untuk memperingatkan Sultan. Karena tindakan Du Puy yang
dianggap tdak sopan terhadap Sultan, maka diapun dibunuh oleh masyarakat di
depan keraton. Akibatnya, sebagai tindakan pembalasan, kemudian Sultan
ditangkap dan dibuang ke Ambon
Setelah itu
wilayah Banten diduduki oleh Belanda, keraton Surosowan dihancurkan, lantainya
dibongkar dan dibawa ke Serang untuk membangun kantor perwakilan Belanda.
Walaupun Sultan Muhammad Rafiuddin masih memerintah, namun kekuasaannya sudah
tidak berarti apa-apa lagi. Waktu itu pusat kerajaan telah dipindahkan ke
keraton Kaibon. Pada tahun 1816, datang
utusan dari Belanda di bawah pimpinan Gubernur Van Der Capellen dan mengambil
alih kekuasaan dan tangan Sultan Muhammad Rafiudin. Oleh Belanda wilayah
kekuasaan kerajaan dibagi menjadi tiga kabupaten yaitu Serang, Lebak dan
Cairingin. Maka dengan ini berakhirlah masa kesultanan di Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar