Terdapat tiga tahap
dalam perkembangan positivisme, yaitu:
1. Tempat utama dalam positivisme pertama
diberikan pada Sosiologi, walaupun perhatiannya juga diberikan pada teori
pengetahuan yang diungkapkan oleh Comte dan tentang Logika yang dikemukakan
oleh Mill. Tokoh-tokohnya Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan
Spencer.
2. Munculnya tahap kedua dalam positivisme
(empirio-positivisme) berawal pada tahun 1870-1890-an dan berpautan dengan Mach
dan Avenarius. Keduanya meninggalkan pengetahuan formal tentang obyek-obyek
nyata obyektif, yang merupakan suatu ciri positivisme awal. Dalam Machisme,
masalah-masalah pengenalan ditafsirkan dari sudut pandang psikologisme ekstrim,
yang bergabung dengan subjektivisme.
3. Perkembangan positivisme tahap terakhir
berkaitan dengan lingkaran Wina dengan tokoh-tokohnya O.Neurath, Carnap,
Schlick, Frank, dan lain-lain. Serta kelompok yang turut berpengaruh pada
perkembangan tahap ketiga ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Kedua
kelompok ini menggabungkan sejumlah aliran seperti atomisme logis, positivisme
logis, serta semantika. Pokok bahasan positivisme tahap ketiga ini diantaranya
tentang bahasa, logika simbolis, struktur penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Ø Ide-ide
pokok positivisme
Ide-ide
pokok positivisme, antara lain :
a. Bahwa ilmu pengetahuan merupakan jenis
pengetahuan yang paling tinggi tingkatannya, dan karenanya kajian filsafat
harus juga bersifat ilmiah.
b. Bahwa hanya ada satu jenis metode ilmiah
yang berlaku secara umum, untuk segala bidang atau disiplin ilmu, yakni metode
penelitian ilmiah yang lazim digunakan dalam ilmu alam.
c. Bahwa pandangan-pandangan metafisik
tidak dapat diterima sebagai ilmu, tetapi "sekadar" merupakan pseudoscientific.
Jadi, kebenaran yang dianut positivisme dalam
mencari kebenaran adalah teori korespondensi.Teori korespondensi menyebutkan
bahwa suatu pernyataan adalah benar jika terdapat fakta-fakta empiris yang
mendukung pernyataan tersebut. Atau dengan kata lain, suatu pernyataan dianggap
benar apabila materi yang terkandung dalam pernyataan tersebut bersesuaian
(korespodensi) dengan obyek faktual yang ditunjuk oleh pernyataan tersebut.
Ø Ciri-Ciri
Positivisme
Ciri-ciri
positivisme antara lain:
1) Objektif/bebas
nilai: dikotomi yang tegas antara fakta dan nilai mengharuskan subjek peneliti
mengambil jarak dari realitas dengan bersikap bebas nilai. Hanya melalui
fakta-fakta yang teramati-terukur, maka pengetahuan kita tersusun dan menjadi
cermin dari realitas (korespondensi).
2)Fenomenalisme,
tesis bahwa realitas terdiri dari impresi-impresi. Ilmu pengetahuan hanya
berbicara tentang realitas berupa impresi-impresi tersebut. Substansi metafisis
yang diandaikan berada di belakang gejala-gejala penampakan ditolak
(antimetafisika).
3) Nominalisme,
bagi positivisme hanya konsep yang mewakili realitas partikularlah yang nyata.
Contoh: logam dipanaskan memuai, konsep logam dalam pernyataan itu mengatasi
semua bentuk particular logam: besi, kuningan, timah dan lain-lain.
4) Reduksionisme,
realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat diamati.
5) Naturalisme,
tesis tentang keteraturan peristiwa-peristiwa di alam semesta yang meniadakan
penjelasan supranatural (adikodrati). Alam semesta memilii strukturnya sendiri
dan mengasalkan strukturnya sendiri.
6) Mekanisme,
tesis bahwa semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat
digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin (sistem-sistem mekanis). Alam semesta
diibaratkan sebagai giant clock work.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar